- Ragam
- 24 Nov 2024
Bandung, Beritainspiratif.com- Kesenian di Jawa Barat semakin berkembang, salah satunya seni arak-arakan Wayang Landung, kesenian khas Kabupaten Ciamis tersebut yang lahir pada 2007 Wayang Landung kini mulai dikenal di berbagai daerah bahkan di luar Jawa Barat.
Mulanya Wayang Landung dikembangkan di Kampung Pabuaran, Desa Panjalu, Kecamatan Panjalu dengan keunikan tersendiri dibanding wayang kebanyakan.
Jika wayang lain ukurannya kecil, Wayang Landung tingginya bisa mencapai dua meter.
"Wayang Landung bedanya, ukurannya besar bentuknya tiga dimensi, dan berbahan daun pisang kering," ungkap penemu Wayang Landung, Pandu Radea, saat di temui pada pertemuan mahasiswa asal Ciamis, di Bandung, Minggu (30/9/2018).
Pandu menambahakan, Wayang Landung, pementasanya mirip ondel-ondel, yakni di kendalikan satu orang di dalamnya.
Pria yang pernah belajar di Institut Seni Budaya Indonesia Bandung ini menjelaskan, Wayang Landung juga memiliki dalang yang memegang tongkat sebagai alat untuk mengarahkan wayang.
"Nanti orang yang ada di dalam Wayang Landung, harus sigap melihat perintah dalang, kalau tongkat dalang digerakan memutar maka Wayang Landung harus bergerak memutar," jelasnya.
Sementara itu, pada proses pentasnya Wayang Landung memiliki istilah-istilah tersendiri.
"Ada tahap nagawalan (persiapan), lalampahan (perjalanan/arak-arakan), magelaran (penampilan), ngampihan (penutupan), tahaoan ini wajib dilalui dalam
pentas kesenian Wayang Landung," jelasnya.
Kini, kesenian Wayang Landung terus berbenah, dengan pengembangaan dan pengelolaan sejumlah komunitas.
"Kini Wayang Landung dikelola Komunitas Anak Ibu (KAI), di Dusun Pabuaran, Kecamatan Panjalu. saya serahkan ke Mang Ganda, beliau penata artistik Wayang Landung," katanya.
Kedepan, Pandu berharap agar Wayang Landung bisa terus dilestarikan.
"Perhitungan lestari itu kalau 90 tahun kedepan Wayang Landung tetap ada maka itulah lestari, semoga nanti anak cucu saya, generasi muda saat ini bisa terus melestarikan Wayang Landung," harapnya. (Yanis)