- Pendidikan
- 25 Nov 2024
Malinau, Beritainspiratif.com - Pada hari ke empat Festival Budaya Irau Malinau digelar oleh Lembaga Adat Dayak Kayan dengan menampilkan pagelaran Adat Kayan serta perisai raksasa dengan panjang 11,25 meter, pada Kamis, (18/10/2018) yang dilansir dari laman Rekor MURI.
Perisai merupakan perlengkapan perang yang terbuat dari kayu terpilih, biasanya dari ulin atau kayu liat berbentuk segi panjang yang dibuat runcing pada ujung dan pangkalnya, dengan tempat pegangan di sisi dalamnya. Berfungsi untuk melindungi diri dari serangan musuh, perisai dilengkapi mandau sebagai senjata untuk menyerang.
Perisai dihiasi dengan warna dan ukiran motif etnik, selain dari sisi estetis juga mengandung nilai mistis untuk menggelorakan semangat.
Di luar fungsi utamanya, perisai memiliki nilai filosofis yang terkandung dengan menggambarkan kearifan lokal atas relasi harmoni antara manusia dan alam yang senantiasa dijaga secara turun temurun, serta simbol sosial yang tergambar dari motif ukiran pada perisai.
Melalui Perisai Terpanjang tersebut telah dicatat dalam Rekor MURI dengan Nomor Rekor 8683, dengan rekoris Lembaga Adat Dayak Kayan Kabupaten Malinau, pada 18 Oktober 2018.
Dalam pelaksanaan Irau ke-9 dan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-19 Kabupaten Malinau ini, Dayak Kayan mempersembahkan sebuah karya seni yang tinggi, yaitu membuat perisai yang dibukukan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai perisai terpanjang.
Perisai merupakan sebuah perlengkapan perang untuk melindungi diri dari serangan musuh sebagai tandem untuk melengkapi Mandau sebagai senjata untuk menyerang,” ujar Yusuf Ngadri, Senior Manajer MURI.
Perisai juga memiliki nilai filosofis yang terkandung di dalamnya, mulai dari warna dan ukiran motif etnik. Selain estetis, perisai juga menggambarkan kearifan lokal relasi harmoni antara manusia dan alam yang senantiasa harus dijaga turun temurun sebagai identitas budaya Dayak Kayan dan perisai juga mengandung kekuatan mistik untuk mengeluarkan semangat juang, ujar Yusuf.
Perisai dicatat dengan ukuran 11,25 meter, lebar 65 cm dan ketebalan 5 cm, melalui simbol perisai perkasa raksasa tersebut, masyarakat Dayak, terutama Dayak Kayan, mampu menangkal semua serangan dalam perang modern sekarang ini.
“Ini mudah-mudahan sebagai simbolisasi perlindungan dini untuk menangkal semua serangan,” harapnya.
Drs. Tan Irang, M.Si, selaku Ketua Lembaga Adat Dayak Kayan Kabupaten Malinau mengatakan, bahwa sukunya dalam kesempatan Irau kali ini mempersembahkan upacara adat Meju Anak Ufah, tradisi Buwo Lepo’ dan Hudoq Aro.
Tan Irang berharap ke depan budaya Dayak Kayan semakin ditingkatkan dan dilestarikan sesuai dengan budaya nenek moyang mereka.
(Yanis)