- Ragam
- 24 Nov 2024
Katowice, Beritainspiratif.com - Dampak perubahan iklim yang dikhawatirkan negara-negara pulau dan kepulauan adalah meningkatnya permukaan laut. Hal ini mengancam kedaulatan negara, secara naiknya permukaan laut dapat menenggelamkan pulau, menimbulkan abrasi, hingga menggeser batas negara dan lain-lain. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan memaparkan strategi Indonesia mengatasi dampak perubahan iklim dalam COP24 (Conference of Parties) ke-24 di Katowice, Polandia, Senin (10/10/2018) waktu setempat.
"Kita paham dampaknya, oleh karena itu pemerintah telah mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki ini. Yaitu bagaimana kita menangani marine debris kemudian moratorium lahan sawit dan kita hanya memelihara yang ada saja, kemudian bagaimana kita sekarang mengurangi penggunaan coal kita dan kita convert menjadi petrokimia nah hal-hal seperti itu yang menjadi isu Indonesia sekarang." ujar Menko Luhut usai menghadiri Round table meeting: Scaling Up Investment in Climate Resilience to Meet the Needs of Vulnerable People.
Pada kesempatan ini Menko Luhut didampingi oleh Dubes Indonesia untuk Polandia Peter F.Gontha dan Deputi Bidang SDM,Iptek dan Budaya Maritim Safri Burhanuddin.
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar dengan lebih 17 ribu pulau dan populasi sekitar 265 juta. Peran Indonesia ditegaskan Menko Luhut, bahwa Indonesia siap berbagi pengalaman dan strategi mengatasi dampak perubahan iklim khususnya bagi negara pulau dan kepulauan.
"Pertumbuhan (GDP) kita sebesar 5%, kita bergerak sangat baik, bila anda lihat kita segera dan cepat pulih dari dampak. Karena ukuran dari negara kita dan kita telah ekspose laut kita dengan baik. Kita juga punya rencana aksi.
Cara tindakan pencegahan kita dalam rencana aksi adalah kewaspadaan terhadap perubahan iklim"
Penanganan Perubahan Iklim adalah Prioritas
Isu perubahan iklim adalah prioritas utama pemerintah Indonesia saat ini. Para pemangku kebijakan terus bekerjasama baik di tingkat nasional maupun internasional. Menko Luhut menjelaskan, signifikansi kerja sama dalam menangani masalah perubahan iklim ini serta bagaimana Indonesia siap bekerja sama.
"Itu karena kita tidak bisa melakukan itu sendiri, kita harus bekerja bersama baik di tingkat lokal maupun global, kita bisa berbagi pengetahuan dan resources dengan sesama pemerintah dan community, sehingga kita bisa mengeluarkan kebijakan yang tepat dan rencana aksi untuk menghadapi dampak perubahan iklim terhada lingkungan hidup bersama di masa yang akan datang."
Pengalaman Indonesia dan Pendanaan
Pengalaman Indonesia baik dalam penyusunan rencana aksi hingga pendanaan juga dibahas oleh Menko Luhut. Terkait pendanaan, Menko Luhut kembali menyinggung skema blended finance "Saudara sekalian, untuk menggerakkan segenap sumber daya untuk menyukseskan implementasi SDG, kita telah lakukan skema blended finance. Indonesia secara langsung telah mengenalkan platform pendanaan terintegrasi untuk SDG.
Pertama, untuk mendukung berbagai proyek pembangunan infrastruktur di Indonesia yang diperkirakan dapat menghemat anggaran sebesar 2,3 milyar USD. Ini dipandang langkah penting, karena apabila kita terus memikirkan ini dan itu, kita tak akan jalan"
Menko Luhut terang-terangan menolak tanggapan bahwa Indonesia tidak peduli dengan masalah perubahan iklim.
"Jadi Indonesia itu sangat aware. Jangan dianggap kita (Indonesia) tidak aware terhadap lingkungan, karena kita paham apabila ini tidak ditangani dengan baik, maka generasi yang akan datang akan kena dampaknya, jadi kami mengerjakan ini juga dengan kesadaran, tapi ini juga harus bersama-sama kita kerjakan."
Indonesia telah mempersiapkan langkah-langkah percepatan. Kepada media, Menko Luhut mengungkap strategi Presiden Joko Widodo, "Presiden mencanangkan 1 Miliar (USD) sampai tahun 2025 untuk penanganan masalah marine debris. misalnya, kita waste to energy program, kemudian plastic menjadi fuel, kemudian kita mengurangi penggunaan energy fosil dengan mengembangkan green fuel dan palm oil menjadi bio diesel."
Saat yang lain, masih identifikasi masalah, Indonesia telah menjalankan strategi menghadapi perubahan iklim. "Kita sudah mulai dan bukan masih rencana." Menko Luhut menambahkan, bahkan terkait biodiesel Indonesia sekarang sudah B20. "Mungkin kita mau B30 dan B100."
Energi Baru dan Terbarukan ( renewable energy) juga menjadi bagian dalam strategi Indonesia. Menko Luhut menyampaikan bahwa target porsi renewable energy dalam bauran energi adalah 23%.
"Tahun 2025, 23% kita punya target dan sekarang (2018) baru tercapai 13%. jadi kita masih ada pekerjaan rumah untuk sampai 23% di tahun 2025."
Mengakhiri wawancara, Menko Luhut kembali menegaskan, pentingnya kerja bersama menangani masalah global ini.
"Kita juga harus realistis karena ini bukan pekerjaan kita sendiri. Ini bukan masalah kita sendiri. Bukan cuma Indonesia, ini masalah dunia dan kita (Indonesia) siap bekerja sama". ***
Biro Informasi dan Hukum
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman