- Pemilu & Pilkada
- 23 Nov 2024
Bandung,Beritainspiratif.com - Bio Farma menjadi tuan rumah acara Workshop Cold Chain Management System untuk negara - negara yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Kegiatan tersebut berlangsung di Bandung pada tanggl 1 - 2 Oktober 2019.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Kemenkes RI, bertujuan untuk berbagi pengalaman dan keahlian sekaligus melebarkan jejaring baik untuk penelitian, pemasaran, dan melihat simulasi pendistribusian vaksin di Indonesia.
Hal ini merupakan tindak lanjut dari diresmikannya Indonesia menjadi Center of Excellence dalam bidang bioteknologi dan vaksin pada Bulan Desember 2017 yang lalu.
Sebelum bertolak ke Bandung, sebanyak 45 peserta dari 16 negara diterima oleh Menteri Kesehatan RI Nilla F Moelek di Jakarta.
Dalam sambutannya Menkes mengatakan saat ini kesehatan global menjadi lebih menantang dari sebelumnya, seperti peningkatan risiko patogen, infeksius penularan penyakit dari hewan ke manusia, resistensi antimikroba, peningkatan mobilitas global ,penyebaran penyakit menular.
Akses untuk mendapatkan kesehatan seperti vaksin dan obat - obatan, dan produk kesehatan lainnya, termasuk produk bioteknologi menjadi bagian penting untuk menjawab tantangan kesehatan global. Namun demikian, Negara-negara Anggota OKI masih tertinggal jauh dalam produksi vaksin.
“Indonesia ingin menegaskan kembali komitmen sebagai Center of Excellence untuk produk Bioteknologi dan vaksin bagi negara OKI, akan terus mendukung negara-negara anggota dalam upaya mereka menangani wabah terus-menerus dan prevalensi tinggi dari berbagai penyakit menular yang telah diberantas di tempat lain. Sebagai bagian dari komitmen itu, workshop ini akan memberikan pengalaman yang bermanfaat bagi semua peserta, termasuk untuk Indonesia”, ujar Nilla
Menurut Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir, workshop ini merupakan salah satu bentuk global trust untuk industri farmasi di Indonesia, khususnya Bio Farma, karena diantara 56 anggota OKI, Indonesia termasuk negara yang maju dalam bidang bioteknologi dan vaksin.
"Kita selayaknya bangga menjadi bangsa Indonesia, karena memiliki industri farmasi khususnya bioteknologi yang maju, dan akan menjadi rujukan bagi negara lain khususnya yang tergabung dalam negara OKI, untuk menghasilkan vaksin dari hulu hingga ke hilir. Kami akan memberikan pelatihan-pelatihan terkait memproduksi vaksin, sehingga di masa yang akan datang, mereka bisa mandiri untuk memproduksi bioteknologi khususnya vaksin", ujar Honesti.
Honesti menambahkan dalam workshop ini, peserta dari 22 negara akan diajak untuk melihat fasilitas Research and Development Bio Farma, sebagai bagian dari Center of Excellence, fasilitas pengemasan dan distribusi.
Sementara itu OIC Vaccine Manufacturer Group (VMG) Vice Chairman sekaligus Direktur Operasi Bio Farma, M. Rahman Roestan mengatakan, tujuan berikutnya dari workshop ini adalah untuk menemukan potensi-potensi peneliti untuk penemuan vaksin jenis baru yang lahir dari tangan - tangan peneliti OKI.
"Untuk menemukan vaksin jenis baru, dibutuhkan waktu yang cukup lama, antara 10 - 20 tahun. Dengan kolaborasi antara negara OKI, kami berharap penyakit - penyakit yang vaksinnya belum ditemukan seperti malaria, HIV, demam berdarah, dan ebola, dapat segera ditemukan, sehingga produk yang masih dalam tahap penelitian tersebut, dapat langsung diterima / digunakan oleh negara-negara OKI yang membutuhkan ", ujar Rahman.
Sebelumnya, pada tahun 2018, Bio Farma sudah menjalin kerja sama riset dan pengembangan dengan Tunisia, kerja sama produksi dengan Kerajaan Saudi, pasokan produk ke negara-negara OKI, seperti Maroko, Tunisia, termasuk Saudi dan negara Teluk lainnya.
Sebagai BUMN, Bio Farma memiliki peran strategis, di dalam negeri untuk menjamin kemandirian dan ketersediaan vaksin, sedangkan di global Bio Farma turut serta mendorong kemandirian dan ketersediaan vaksin di negara Islam.
Rahman menambahkan, negara - negara OKI memiliki potensi researcher yang mumpuni untuk menemukan vaksin baru, sehingga pada akhirnya akan menciptakan suatu kemandirian, dan Bio Farma akan menjadi pelopor kemandirian tersebut.
Dalam workshop hari pertama tanggal 1 Oktober 2019, peserta akan mendapatkan penjelasan mengenai pedoman distribusi vaksin dari Technical Officer for Expanded Proggrame for Immunization (EPI) WHO Vinot Bura dan isu kemandirian produksi vaksin diantara negara anggota OKI yang disampaikan oleh Asisten Sekerejtaris Jendral OIC Askar Musinov. (Ida)