- Pemerintahan
- 23 Nov 2024
Bandung, Beritainspiratif.com - Fenomena munculnya berbagai jenis ular terutama ular kobra di sejumlah permukiman membuat masyarakat jadi waswas. Apalagi, ular kobra dikenal agresif dan memiliki racun yang mematikan.
Pencinta ular Andi Yudha berpandangan bahwa salah satu penyebab kehadiran fenomena tersebut, adalah keterlambatan musim hujan. Sehingga, telur ular kobra yang mestinya rusak karena jamur, matang dan menetas dengan sempurna.
“Ada keterlambatan musim hujan. Yang harusnya bulan September mundur ke Desember. Jadi, telur-telur yang mestinya rusak karena berjamur, malah matang dan menetas,” kata Andi dalam TEPAS (Temu Pimpinan untuk Aspirasi Masyarakat) di Gasibu, Kota Bandung, Jumat (27/12/2019).
Andi mengingatkan ada ular berbisa selain kobra, yang kerap masuk muncul saat musim hujan. Salah satunya, ular hijau ekor merah. Dia pun menyebut populasi terbanyak ular hijau ekor merah, berada di Tanah Pasundan.
“Ular masuk ke permukiman karena mencium banyak makanan. Ular yang masuk sebenarnya kalau boleh diinformasikan, tidak hanya ular kobra. Di Indonesia, ada 6 ular berbisa cukup terkenal. Mulai dari king kobra, kobra, ular tanah, welang, weling dan hijau ekor merah,” ucapnya.
“Yang banyak di Jabar adalah ular hijau ekor merah. Jadi, enggak semua ular hijau berbisa, tetapi ular hijau ekor merah bahkan matanya merah. Dan itu ketika musim hujan banyak keluar," tambahnya.
Pada acara tersebut, Andi memaparkan sejumlah tips manakala menghadapi ular di permukiman.
Pertama adalah tenang dan jangan panik. Setelah itu, kata dia, kita harus memerhatikan bentuk ular, dan melihat ke mana ular bergerak.
“Kalau dia bergerak kita titip orang yang berada di situ, kita cari informasi keberadaannya, dan kalau perlu ditunjukan larinya ke mana agar ketahuan orientasinya ke mana. Saat mengontak rescue damkar bisa diketahui tempatnya,” katanya.
Jika bertemu ular berbisa, entah itu kobra atau ular hijau ekor merah, kita mesti menjaga jarak membuat ular berpindah lokasi, dan membaca karakteristik ular.
Andi mencontohkan ular kobra yang kerap menyemprotkan bisanya.
“Ketika kita tahu itu ular kobra, pakai kacamata dan jaga jarak sampai 2 meter. Mulainya dari dorong-dorong dan dijauhkan dari lubang-lubang, dan pilih tempat terbuka. Kalau punya karung dan sarung, tutup. Nanti kelihatan kepalanya dan tekan. Masukin ke ember dan tutup,” ucapnya.
Terakhir, apabila kita tergigit ular berbisa, kata Andi, sebisa mungkin tetap tenang. Tujuannya supaya racun ular tidak mengalir cepat ke jantung sekaligus menghambat kerusakan saraf.
“Jika tergigit, sekali lagi, tetap tenang. Karena yang terpenting jangan ada gerakan-gerakan yang membuat aliran darah itu makin cepat ke jantung. Kemudian, merebahkan tubuh sambil menunggu bantuan datang. Dengan cara tenang, aliran darah tidak cepat mengalir dan menghambat kerusakan pada jantung,” katanya.
(Ida)