- Pemilu & Pilkada
- 22 Nov 2024
Bandung, Beritainspiratif.com - Bisnis di sektor olahraga tidak sebatas pertandingan. Ada banyak potensi bisnis yang bisa digali dari sektor ini. Mulai dari atlet, merchandise, hingga berbagai konten menarik.
Hal itu dibahas dalam Webinar Series 4 Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) “Experience-Based Economy: Sport as Business and Entertainment” melalui Zoom Meeting, Sabtu (25/7/2020).
Helmi Yahya yang menjadi keynote speaker di webinar itu mengatakan, ada tiga hal bagaimana olahraga bisa menjadi industri yakni:
Pertama, pertandingan harus sangat menarik.
Kedua, untuk membuat pertandingan menarik dibutuhkan pemain hebat.
Ketiga, para pemain dan petarung hebat harus diberikan gaji tinggi yang didapat dari revenue.
Baca Juga:Jakarta-butuh-sistem-transportasi-terintegrasi-ini-saran-sbm-itb
Misalnya Michael Jordan yang menjadi ikon atlet basket kulit hitam di dunia. Setiap pertandingannya menghasilkan revenue besar dari tiket, sponsor, merchandise dan lain-lain.
“Produk nempel, iklan nempel. Seperti sekarang Korea Selatan menciptakan K-Pop dan Drakor serta para artis di dalamnya. Sehingga gadget, kosmetik, dan lainnya masuk ke sana,” tutur Helmi.
Baca Juga:Wakil-wali-kota-bandung-kampanyekan-keselamatan-bersepeda
Dalam dunia sepak bola, Indonesia bisa belajar dari Liga Inggris. Belasan tahun lalu, TV rate Liga Inggris di bawah Liga Italia. Namun kini, rating Liga Inggris sama dengan gabungan Liga Spanyol, Italia, Perancis, dan Champion.
“Kenapa jadi mahal dan banyak ditonton? Pemain dan pelatih terbaik ada di sini, mampu bayar, karena penghasilannya tertinggi di dunia nomor 4,” ungkap dia.
Penghasilan terbesar mereka dari TV rate. Selama ini, penonton terbanyak televisi ada di Asia. Liga Inggris menyadari hal tersebut. Mereka kemudian menyiarkan pertandingan mengikuti primetime Asia, sehingga rate iklan mahal sekali.
“Penonton di China lebih banyak dibanding penonton Inggris keseluruhan. Sedangkan Liga Italia dan Spanyol ngotot mengikuti primetime negaranya. Jatuhnya di Asia tengah malam jadi sedikit yang menonton,” ucap Helmi.
Baca Juga:Catat-mulai-27-juli-pt-kai-layani-rapid-test-di-stasiun
VP of Partnership & Activation/Comercial Persib Bandung, Gabriella Witdarmono mengatakan, olahraga awalnya hanya menonjolkan adu otot. Tapi sekarang, atlet menjadi role model kegiatan sosial, fashion, hingga endorse.
Di luar negeri, pendapatan dari match day hanya 15 persen. Sisanya dari merchandise, partnership, player transfer, hingga digital. Hal itulah yang ingin dikejar Persib.
Setidaknya ada tiga produk dalam sport management yang dibidik. Pertama good service. Misal bagaimana para atlet memberikan service kepada penggemarnya dengan foto bareng.
Kemudian social ideas dan psychic benefits. Mulai dari membentuk komunitas, membuat konten, hingga memostingnya. Ketiga hal tersebut dimanage dan dimarketingkan.
“Kita harus berinovasi untuk memberikan konten yang sesuai dengan yang ingin dicapai. Membuat konten interaktif, sehingga penonton merasa lebih dekat dengan pemain,” ungkap dia.
Baca Juga:webinar-sbm-itb-10-hal-ini-sebaiknya-dimiliki-umkm-kuliner-di-era-akb
Sementara itu, Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru, Akhmad Hadian mengatakan, sebuah riset menyatakan, potensi liga setiap tahun mencapai Rp 1,3 triliun. Ia memprediksi angkanya lebih dari itu.
“Industri bola seperti gunung es, yang muncul masih sedikit. Seperti Persib, Persija, Arema, Persebaya. Mereka memiliki brand equity seperti digital media equity, sponspor equity, customer (fans) equity,” imbuh dia.
Ia mengungkapkan, ada 4 transformasi untuk masa depan olahraga dan hiburan. Seperti rethink fans experience, reshape business and rights model, streamline operational effience, provide predictive security and compliance.
“Banyak penggemar sifatnya berbeda. Pahami apa yang mereka inginkan,” ucap dia.
Baca Juga:Kota-bandung-belum-terapkan-sanksi-terkait-masker-yana-tunggu-payung-hukum
Wakil Dekan Bidang Sumber Daya SBM ITB, Reza Nasution mengungkapkan, olahraga membutuhkan aktivitas manajemen. Kalau tidak dikelola dengan baik, potensinya sulit diraih. Padahal ada banyak potensi dari olahraga seperti makanan, transportasi, hospitallity, dan lainnya.
Manager Riset Kimia Farma Bandung Rizal Ginanjar, memotret perilaku unik di dunia olahraga yang digemarinya. Yaitu mendadak atlet. Lihat saja, banyak masyarakat yang serius mengikuti race.
Ia melihat, 10 peluang bisnis di era sport enthusias. Yakni peralatan olahraga, outfit, sport event, community building, pharmaceutical and FNB, injury kit, sport science, coach and training planner, digitalisasi, sport influencer, dan promosi wisata.
(Yanis/Rls)