- Pemilu & Pilkada
- 23 Nov 2024
Bandung, Beritainspiratif.com - Kabid Distribusi Perdagangan dan E-Commerce Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung, Meiwan Kartiwa mengatakan, di masa pandemi Covid-19 harga sejumlah bahan pokok seperti daging dan sayuran di Kota Bandung mengalami penurunan. Hal itu akibat daya beli masyarakat yang menurun. Selain itu, saat ini masa panen sedang berlangsung di tingkat petani di berbagai wilayah sehingga stok barang berlimpah.
"Harga bahan pokok di masa pandemi trennya dari awal Agustus sampai awal September tidak terjadi lonjakan harga signfikan dan relatif stabil hanya beberapa komoditis terjadi penurunan," ucapnya di Balai Kota Bandung Jalan Wastukencana Kamis (3/9/2020).
Baca Juga:Bank-indonesia-dan-kneks-gelar-lomba-ekonomi-dan-keuangan-syariah
Berdasarkan survei ke 8 pasar tradisional yang dilakukan tiap pekan, menurutnya harga cabai merah tanjung dijual sebesar Rp26 ribu perkilogram, turun dari harga sebelumnya Rp40 ribu perkilogram. Selain itu, saat ini cabai rawit merah perkilogram sekitar Rp27 ribu.
"Minggu pertama dan kedua Agustus harga cabai rawit merah Rp40 ribu perkilogram, pada minggu ketiga dan keempat relatif berada diangka Rp26 ribu sampai awal September. sedangkan cabai rawit merah jadi Rp27 ribu," katanya.
Lebih lanjut Meiwan mengatakan, harga bawang merah perkilogram dari Rp35 ribu menjadi Rp27 ribu hingga Rp30 ribu. Sedangkan bawang putih perkilogram stabil di harga Rp24 hingga Rp26 ribu.
"Untuk penurunan (harga) sayur-mayur itu saat ini masa panen sehingga stok melimpah sementara permintaan itu berkurang begitu pun daya beli masyarakat sekarang menurun,"jelasnya.
Ia mengatakan, pada kondisi normal harga tomat perkilogram sekitar Rp15 ribu namun saat ini hanya Rp8 ribu, kentang perkilogram dari harga normal Rp18 ribu menjadi Rp14 ribu dan harga normal mentimun dari normal Rp12 ribu sekarang dijual Rp7 hingga 8 ribu.
Saat ini, pihaknya belum dapat memastikan apakah hal tersebut dampak dari stimulus yang diberikan pemerintah kepada masyarakat yang mempengaruhi daya beli masyarakat.
"Kita belum tahu,"pungkasnya.
(Mugni)