- Pemerintahan
- 21 Nov 2024
Bandung, Beritainspiratif.com - Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Hasan Fawzi menyatakan, tahun 2020 merupakan tahun kebangkitan Investor Ritel Dalam Negeri di Pasar Modal Indonesia.
Hal ini tidaklah berlebihan jika melihat ditengah pandemi BEI bersama para stakeholders Pasar Modal Indonesia, mampu mencatatkan berbagai
pencapaian dan 10 rekor positif dari sisi Pengembangan Pasar Modal khususnya pada aspek investor ritel dalam negeri.
Hasan Fawzi mengungkapkan, meskipun Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat tertekan dari posisi 6.299,54 poin pada akhir 2019, yang bahkan sempat ke level 3,937.63 poin pada 24 Maret 2020, namun secara perlahan IHSG kembali bangkit dan terus menguat hingga per penutupan perdagangan Jumat (11/12) berada di level 5.938,329 poin.
Baca Juga:Pemkot-bandung-ke-4-kalinya-raih-penghargaan-kota-peduli-ham
Kenaikan IHSG lanjut Hasan merupakan refleksi dari mulai pulihnya kepercayaan dan keyakinan investor terhadap Pasar Modal Indonesia maupun perekonomian Indonesia. Semua saluran distribusi edukasi Pasar Modal, baik KP BEI, GI BEI, komunitas, sampai Perusahaan Tercatat telah menghasilkan capaian yang menggembirakan.
“Di tahun 2020 ini, telah tercipta 10 rekor baru yang merupakan pencapaian tertinggi di sepanjang sejarah Pasar Modal Indonesia,” ujar Hasan pada acara Pengembangan Pasar Modal Indonesia - Apresiasi Untuk Negeri, sebagai rangkaian peresmian Galeri Investasi BEI ke 500 dan penghargaan Galeri Investasi BEI Terbaik tahun 2020 yang digelar secara virtual, Senin (14/12/2020).
Menurut Hasan rekor yang diraih selama tahun 2020 antara lain rekor penambahan investor atau SID baru Pasar Modal Indonesia (Saham, obligasi, Reksa Dana, dan investor instrumen investasi pasar modal lainnya) yang menunjukkan kenaikan tertinggi sepanjang sejarah pasar modal dengan pertumbuhan 48,82 persen atau 1.212.930 SID menjadi 3.697.284 SID per 10 Desember 2020.
Dari sisi pertumbuhan SID baru saham yakni sebanyak 488.088 SID, naik 93,4 persen dari total pertumbuhan SID baru saham di tahun lalu sebesar 252.370 SID baru.
"Jumlah investor saham per 10 Desember 2020 sebanyak 1.592.698 SID atau setara dengan 44,19 persen dari jumlah investor saham di Pasar Modal Indonesia," katanya.
Dominasi kepemilikan investor domestik juga mengalami kenaikan tertinggi sepanjang sejarah Pasar Modal Indonesia. Dari Rp3.491 triliun jumlah kepemilikan saham yang tercatat di BEI, 50,44 persen merupakan milik investor ritel domestik, sedangkan 49,56 persen dimiliki investor asing.
"Rekor ketiga adalah momentum dominasi investor ritel domestik atas rata-rata nilai transaksi harian bursa. Data rata-rata nilai transaksi harian secara tahunan (year to date) Januari hingga November 2020 yang berjumlah Rp8,42 triliun, sebanyak 45,9 persen aktivitas transaksi dilakukan oleh investor ritel dan tertinggi sepanjang sejarah Pasar Modal Indonesia," ucapnya.
Persebaran jumlah investor di Pulau Jawa jika dibandingkan dengan Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Indonesia Timur juga semakin merata. Dari total jumlah investor saham di BEI, 71 persen memang didominasi oleh investor di Pulau Jawa, namun persentase jumlah investor di 4 wilayah lain semakin merata seperti Sumatera 16 persen, Kalimantan 5 persen, Sulawesi 4 persen, dan Indonesia Timur 4 persen.
"Dari sisi demografi juga lebih baik. Investor berusia 18 hingga 25 tahun dan 25 hingga 30 tahun, mengalami penambahan kumulatif tertinggi pada periode 2017 hingga 2020. Khusus di tahun ini, jumlah investor baru dengan usia 18 hingga 25 tahun naik 211.030 atau 43,23 persen dari total investor baru 2020 dan usia 26 hingga 30 tahun naik 96.396 atau 19,74 persen dari total investor baru 2020,"
Pada kesempatan yang sama Kepala Eksekutif pengawas pasar modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hoesen menyatakan pentingnya BEI membangun sumber daya manusia yang memiliki literasi finansial dan literasi pasar modal yang baik, terlatih serta memiliki optimisme dan keterlibatan langsung atas peningkatan perekonomian melalui pasar modal.
Inovasi yang visioner dengan memanfaatkan teknologi untuk pengembangan pasar modal yang selama ini terdorong dengan
adanya pandemi, katanya perlu dilanjutkan dan dikembamgkan.
Pengembangan tersebut antara lain di berbagai fitur dan layanan ‘mesin perdagangan’ BEI, media interface investor yaitu aplikasi online trading milik Anggota Bursa, serta edukasi secara masif melalui media sosial, influencer, komunitas, dan kelas-kelas Sekolah Pasar Modal (SPM) yang dilaksanakan secara online.
“Terbukti bahwa stabilitas dan kekuatan Pasar Modal Indonesia hanya bisa terwujud jika investor domestik terutama ritel, bangkit menjadi tuan rumah di negeri sendiri," pungkas Hoesen.
(Ida)
Baca Juga:
1. Program Sedekah100, Solusi Masalah Anda Dengan Cara Berbagi
2. Pelayanan Umroh Terbaik dari PT. Albadriyah Wisata
3. Rumah-murah-Rp200-juta-dekat-gor-persib-GBLA dan Stasiun Kereta Cepat Tegalluar