Wisuda 1.502 Lulusan, Ketua MWA A. Gumelar : Alumni UPI Harus Adaptasi Dengan Perkembangan IT

Foto: Dok.Humas UPI Bandung


Bandung, Beritainspiratif.com - Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) mewisuda 1.502 lulusan secara daring dan luring, dengan menerapkan protokol kesehatan, Rabu (23/6/2021).

Lulusan yang diwisuda meliputi lulusan jenjang diploma (D3) 20 orang, sarjana (S1) 1.092 orang, lulusan jenjang magister (S2) 297 orang dan lulusan jenjang doktor (S3) 93 orang.

Wisuda Gelombang II Tahun 2021 ini dihadiri sejumlah perwakilan pimpinan UPI serta perwakilan wisudawan terbaik yang mengikuti kegiatan secara luring di Gedung Achmad Sanusi UPI, jalan Setiabudhi kota Bandung.

Ketua Majelis Wali Amanat UPI Agum Gumelar dalam sambutannya secara daring berharap alumni UPI dapat beradaptasi dengan perkembangan ilmu dan teknologi.

Kehidupan sekarang ini lanjut Agum diwarnai dengan saratnya persaingan dan perkembangan yang begitu pesat dari ilmu dan teknologi, sehingga mengubah tata cara dan tata hidup masyarakat.

"Saya berharap (alumni) bisa beradaptasi dengan perkembangan ini, karena kalau dulu yang besar mengalahkan yang kecil. tapi saat ini dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang begitu cepat, yang cepat mengalahkan (yang lambat), " ucapnya.

Baca Juga: Pembangunan 14 Terminal Tipe B, PR Bagi Dinas Perhubungan Jabar

Pada kesempatan yang sama Rektor UPI Prof. Dr. M. Solehuddin memaparkan pemikirannya terkait dengan transformasi pendidikan pasca pandemi COVID-19, terutama berkaitan dengan antisipasi learning lost (kehilangan kesempatan belajar).

Menurutnya, menata kehidupan sosial-ekonomi masyarakat dan memerangi pandemi Covid-19 bukanlah pilihan “either/or.” (memilih salah satu)

"Keduanya harus dilakukan secara bersamaan, dengan menata kebiasaan baru yang jauh lebih teratur, sehat dan disiplin agar tetap bugar dan terhindar dari wabah," ucap Solehuddin.

Tantangan bagi dunia pendidikan tambahnya, anak-anak harus tetap dapat belajar sambil berupaya memutus mata-rantai sebaran virus. Oleh karena itu Pemerintah telah menetapkan kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), melalui kebijakan Belajar Dari Rumah (BDR).

"Namun, kini timbul kehawatiran akan hilangnya kesempatan mereka untuk belajar (learning lost) serta deficit of competency selama periode BDR. Learning Lost tidak hanya akan menjadi ancaman yang luar biasa terhadap mutu pendidikan, tetapi juga terhadap keadilan layanan pendidikan (educational equity)," tuturnya.

Menurut Solehuddin, kesenjangan layanan pendidikan antar-segmen masyarakat telah terjadi dan segmen masyarakat yang kurang beruntung jauh dari siap untuk mengikuti PJJ online, karena mereka tidak memiliki akses yang sama dengan mereka yang beruntung.

"Terkait internet bahkan perangkat digital pun tidak mereka miliki," ucapnya.

Masa pandemi ini, menurut Solehuddin, adalah momentum untuk melakukan hal-hal besar dan fundamental. Untuk mencegah penularan virus, sementara para siswa harus tetap mematuhi protokol kesehatan, perlu melakukan upaya praktis agar pendidikan kembali berjalan normal.

"Yang kita perlukan adalah transformasi pendidikan, yaitu desain besar untuk mengubah pendidikan secara mendasar," tutur Solehuddin.

Ia menjelaskan, benang merahnya bukan menaikan Angka Partisipasi Kasar (APK) atau Angka Partisipasi Murni (APM) seperti yang kini dominan dilakukan.

"Yang perlu dilakukan adalah transformasi kurikulum sekolah dan sistem pembelajaran secara menyeluruh dan mendasar, baik dominasi kontennya maupun remodeling proses pembelajarannya, yang didukung oleh segenap ekosistem yang kondusif.

Rektor menambahkan, untuk mengurangi learning loss yang mungkin akan terjadi sebagai akibat dari pandemi ini, perlu segera merancang “Kurikulum Sekolah Era Pandemi (KSEP)” yang praktis dan aplikatif.

Dengan Kurikulum 2013 yang padat konten, sulit mendorong anak untuk belajar secara mandiri di rumah. Kapasitas belajar siswa sangat terbatas; sekarang mereka harus mengerjakan tugas-tugas di rumah dari semua guru mata pelajaran yang masing-masing sarat dengan konten teoritis. Cara belajar seperti ini hanya membuat anak-anak stress dan panik.

"Dengan KSEP guru-guru tidak harus menyampaikan teori mata pelajaran, tetapi melatih anak belajar secara praktis untuk mencapai kompetensi minimum literasi dan numerasi, " pungkasnya.

(Adi)

Baca Juga: Rumah-murah-Rp200-juta-dekat-gor-persib-GBLA dan Stasiun Kereta Cepat Tegalluar

Berita Terkait