Mahasiswa ITS Olah Limbah Kertas HVS Jadi Bahan Baku Industri

Dari kiri: M Yosi Kurniawan, Seren Fegrita Septia Karya, Linaniyyatul Masruroh, Asalina Putri Agung Shaliha, dan Adik Roni Setiawan


Surabaya, Beritainspiratif.com - Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menginisasi daur ulang limbah kertas HVS menjadi asam oksalat yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan industri.

Pengelolaan limbah kertas HVS yang lumrah dilakukan dengan pembakaran, dan tentu saja berdampak buruk bagi lingkungan. Padahal limbah kertas HVS dapat didaur ulang menjadi produk bernilai tinggi.

“Kertas HVS ini mengandung kadar selulosa di atas 90 persen, sehingga dapat diolah menjadi asam oksalat,” ungkap Linaniyyatul Masruroh, ketua tim.

Diungkap ITS News, bersama empat rekannya, yakni Adik Roni Setiawan, Asalina Putri Agung Shaliha, M Yosi Kurniawan, dan Seren Fegrita Septia Karya, ia mengolah limbah kertas HVS menjadi kristal asam oksalat.

“Produk ini dapat dimanfaatkan untuk Metal Cleaning, pencampuran bahan pewarna, dan masih banyak lagi,” tutur mahasiswi yang akrab disapa Lina ini.

Baca Juga: Umi Oded Mohon Doanya Untuk Kesembuhan Walikota Bandung

Sebelum diolah, jelas Lina, kertas HVS akan melalui tahap pre-treatment berupa removing ink terlebih dahulu.

“Tidak hanya menghilangkan tinta, pada tahap ini juga bertujuan untuk meningatkan kadar selulosa yang meningkatkan produksi asam oksalat sebesar 20 persen,” jelas mahasiswa angkatan 2017 ini.

Pada tahap pre-treatment, kertas HVS ditimbang dan dicampur dengan senyawa kalium permanganat (KMnO4) 50 persen yang berfungsi untuk memisahkan lignin dari selulosa. Selanjutnya, kertas dicelupkan dalam senyawa hidrogen peroksida (H2O2) 65 persen untuk menghilangkan tinta lalu dibasuh kembali menggunakan akuades.

Lebih lanjut, kertas HVS dihidrolisis menggunakan senyawa alkali kuat yaitu natrium hidroksida (NaOH) 40 persen dan dipanaskan pada suhu 65°C selama 80 menit.

“Pada suhu dan durasi ini asam oksalat yang dihasilkan lebih banyak dan optimal,” tambah gadis asal Pamekasan, Madura ini.

Setelah tahap pemanasan, lanjut Lina, larutan didinginkan dan disaring. Sisa endapan kemudian dicuci dengan akuades hangat (kisaran suhu 50-60°C). Sisa endapan hasil hidrolisis ini lalu ditambahkan kalium klorida (CaCl2) 10 persen hingga terbentuk endapan putih kalsium oksalat.

Endapan putih kalsium oksalat disaring dahulu lalu ditambahkan 100 mililiter asam sulfat (H2SO4) 96 persen hingga terurai menjadi asam oksalat dan kalsium sulfat.

“Asam oksalat diambil dari proses penyaringan dan dicuci menggunakan etanol 96 persen,” papar Lina.

Lina melanjutkan bahwa senyawa asam oksalat ini dipanaskan hingga suhu 70°C lalu didinginkan dalam air es sekitar 24 jam.

“Hal ini bertujuan untuk membentuk kristal asam oksalat berupa kristal jarum berwarna putih,” terang mahasiswi kelahiran 1998 ini.

Terakhir, imbuh Lina, kristal asam oksalat ini melalui tahap pengujian titrasi dan uji titik leleh. Hasil analisa menunjukkan bahwa setiap 600 gram kertas HVS dapat menghasilkan 3,9 gram asam oksalat dengan titik leleh antara 100-110°C.

“Produk ini sudah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) di mana titik lelehnya ialah 101-102°C,” tandas Lina yakin.

Lina berharap agar penelitian ini bisa menjadi terobosan dan inovasi baru dalam peningkatan nilai limbah kertas HVS dan meminimalisir pencemaran lingkungan akibat pengelolaan limbah yang tak ramah lingkungan.

“Harapannya produk asam oksalat ini dapat memenuhi kebutuhan industri dalam negeri,” pungkasnya penuh harap.

Yanis

Baca Juga: Rumah-murah-Rp200-juta-dekat-gor-persib-GBLA dan Stasiun Kereta Cepat Tegalluar

Berita Terkait