Dosen FKG Unpad: Gigi Mati Tidak Ditangani, Berdampak Infeksi Sinus

Dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran drg. Anna Muryani, Sp.KG(K), menjadi pembicara pada ada Webinar Series Pengabdian Kepada Masyarakat FKG Unpad Seri 1 “Kenapa Gigi yang Terinfeksi/Mati Harus Dirawat Saluran Akar?” yang digelar secara virtual, Kamis (22/7/2021) Foto: dok. Humas Unpad


Beritainspiratif.com - Gigi terinfeksi atau gigi mati sebaiknya segera ditangani oleh dokter gigi. Salah satu penanganannya adalah melalui perawatan saluran akar tanpa perlu cabut gigi.

“Sekarang, dengan perkembangan ilmu dan teknologi kita bisa merawat gigi ini diawetkan, sehingga tidak harus dicabut,” kata dosen Fakultas Kedokteran Gigi Unpad drg. Anna Muryani, Sp.KG(K).

Diungkap laman resmi Unpad, acara digelar secara virtual dengan Series Pengabdian Kepada Masyarakat FKG Unpad Seri  1 “Kenapa Gigi yang Terinfeksi/Mati Harus Dirawat Saluran Akar?” pada Kamis (22/7/2021)

Dijelaskan Anna, melalui perawatan saluran akar, dokter gigi berupaya agar saluran akar kembali bersih atau steril. Jika sudah bersih, perawatan selanjutnya dapat dilakukan seperti menambal atau membuat jaket gigi.

Baca Juga: ITS Luncurkan PlasmaHub, Percepat Bertemunya Pemohon Plasma Konvalesen dan Pendonor

Adapun ciri dari gigi mati di antaranya adalah terdapat perubahan pada warna gigi, muncul lubang, serta memiliki rasa yang tidak nyaman di mulut. Gigi mati pun dapat mengakibatkan bau mulut, bengkak pada  gusi, dan menimbulkan rasa sakit.

Jika gigi mati tidak ditangani, akan berdampak buruk pada kesehatan. Di antaranya bisa mengakibatkan infeksi sinus.

“Bisa menyebabkan infeksi sampai ke atas, ke hidung,” kata Anna.

Selain itu, gigi mati yang tidak ditangani juga dapat meyebabkan nanah menyebar, bahkan mengakibatkan bentuk muka asimetris. Dampak lain juga bisa membuat gusi bengkak, kehilangan tulang, lubang gigi yang semakin besar, dan iritasi jaringan lunak.

Selain perawatan saluran akar, penanganan gigi mati juga dapat dilakukan dengan mencabutnya. Menurut Anna, jika gigi tersebut dicabut, sebaiknya dipasang gigi tiruan agar ke depannya tidak menimbulkan efek buruk, seperti terjadi drifting atau perubahan posisi gigi.

Gigi tiruan pun tidak bisa mampu menggantikan kondisi gigi asli. Utamanya saat mengunyah makanan, akan ada sensasi yang berbeda saat memakai gigi tiruan dibandingkan gigi asli.

“Makanya pengawetan gigi atau merawat gigi agar saluran akarnya menjadi bersih kembali, abses atau nanahnya menghilang, itu sekarang berkembang sangat pesat,” ungkapnya.

Acara webinar ini menjadi salah satu bagian dari program Teledentistry ini dibuka oleh Dekan FKG Unpad Dr. Dudi Aripin, drg., SpKG(K).

Yanis

Baca Juga: Rumah-murah-Rp200-juta-dekat-gor-persib-GBLA dan Stasiun Kereta Cepat Tegalluar

Berita Terkait