- Pemerintahan
- 21 Nov 2024
Bandung, Beritainspiratif.com - Hadirnya kawasan bebas sampah (KBS) di Kota Bandung telah mampu mengurangi pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Hal itu telah dibuktikan di Kelurahan Sukamiskin dan Kelurahan Cihaurgeulis.
Di dua kelurahan ini, penanganan sampah betul-betul diatasi mulai dari hulu hingga ke hilir. Sebelum diangkut untuk diolah, terlebih dulu warga sudah memilah sampah rumah tangga.
"Rata-rata pengurangan sampah yang dibuang ke TPS itu di atas 30 persen, ini menunjukan bahwa kalau kita kawal pengelolaan sampah mulai dari rumah tangga sampai ke TPS itu bisa mengurangi pembuangan sampah ke TPA," tutur Kepala Bidang Kebersihan pada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung, Sopyan Hernadi pada Bandung Menjawab, Selasa (7/9/2021).
Baca Juga: Resmikan Bendungan Bendo di Ponorogo, Jokowi: 10 Bendungan Lagi Selesai 2021
Ia mengungkapkan, total pengurangan sampah yang dibuang ke TPA dari Kelurahan Cihaurgeulis periode Januari-Juni 2021 sebanyak 136.430 kg. Sementara total pengurangan sampah dari Kelurahan Sukamiskin periode Januari-Juni 2021 sebanyak 256.067 kg.
Sopyan optimis jika kawasan bebas sampah diterapkan di semua kelurahan di Kota Bandung, maka akan mengurangi jumlah pembuangan sampah ke TPA.
Saat ini sampah yang dibuang ke TPA masih cukup besar, yaitu rata-rata 1.300 ton per hari, dari jumlah total timbulan sampah 1.600 ton.
"Seandainya ini diterapkan di semua kelurahan, maka target kita untuk pengurangan sampah ke TPA mencapai 30 persen saya rasa bisa tercapai. Lebih dari 100 RW sudah kita lakukan pendampingan dan penerapan kawasan bebas sampah," katanya.
Sebetulnya dalam hal penanganan sampah, terang Sopyan, jika masyarakat betul-betul memahami cara memilah sampah dengan baik, mereka akan merasakan manfaat dan nilai ekonomis.
Dicontohkannya, kawasan pengolahan sampah mandiri di RW 08 Kelurahan Sarijadi. Selama dua bulan dilakukan program pengolahan sampah mandiri dan hasilnya warga memahami kalau dari sampah bisa bermanfaat.
"Contoh kecil sampah anorganik yang dikumpulkan oleh petugas sampah, mereka bisa nabung dalam seminggu Rp200 ribu dari sampah. Dan sampah organik yang bau itu mereka olah jadi kompos tanaman dan dimanfaatkan untuk Buruan SAE," ujarnya.
Dengan memilah sampah juga, tentu masyarakat maupun lembaga bisa mengurangi bahkan tak perlu lagi membayar biaya angkut sampah. "Jadi yang selama ini mereka bayar untuk angkut sampah bisa dipakai untuk olah sampah," tuturnya.
Sopyan mengungkapkan, meski pandemi Covid-19 masih berlangsung, tidak memperngaruhi produksi sampah. Justru, kata dia, secara variasi terjadi penambahan jenis sampah baru yaitu sampah medis seperti masker dan lain sebagainya.
Guna terjadinya penumpukan, maka untuk mengelola sampah, Kota Bandung memiliki program Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan).
Terkait limbah medis, pihaknya membagi dalam dua model. Pertama, sampah yang sifatnya klinis dari rumah sakit, dan pengelolaannya dilakukan secara mandiri oleh mereka. Kedua, limbah medis seperti masker yang berasal dari rumah-rumah.
"Itu kita lakukan sosialisasi dalam pengemasannya. Jadi masker bekas digunting, dibungkus dengan plastik, dan disatukan dengan sampah jenis rumah tangga lainnya," tuturnya.*
(RV)
Baca Juga:
Daftar Level PPKM di Jawa dan Bali Hingga 13 September, Jabar 11 Daerah Level 2
Pertama, Bahan Bakar Bioavtur J2.4 ITB Diuji ke Pesawat CN 235 Berjalan Sukses
Pemkot Bandung dan BBWS Citarum Sepakat Prioritaskan Normalisasi 3 SungaiResmikan Bendungan Bendo di Ponorogo, Jokowi: 10 Bendungan Lagi Selesai 2021