- Pemilu & Pilkada
- 22 Nov 2024
PALU, Beritainspiratif.com - BNPB bekerja sama dengan Universitas Tadulako (Untad) melakukan penanaman 5.000 bibit terumbu karang di kawasan Teluk Palu, Sulawesi Tengah. Kegiatan yang melibatkan masyarakat setempat ini bertujuan untuk memulihkan ekosistem pantai pascatsunami 2018 lalu.
Penanaman bibit ini merupakan bagian dari kegiatan pendampingan pemulihan dan peningkatan produktivitas sumber daya alam dan lingkungan yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Untad. Kegiatan ini menyasar pada kawasan yang terdampak gempa bumi, tsunami dan likuefaksi di dua wilayah pantai.
Kedua pantai tersebut yaitu Pantai Mamboro yang berada di wilayah Kelurahan Mamboro, Kecamatan Mamboro Palu Utara, Kota Palu dan Pantai Salumbone di Desa Labuan Salumbone, Kecamatan Labuan, Kabupaten Donggala.
Baca Juga: Daftar Lengkap 83 Penerima Anugerah KIP Badan Publik Tahun 2021
Kegiatan pendampingan pemulihan ekosistem terumbu karang penting karena memiliki dua aspek manfaat, yakni manfaat secara langsung maupun tidak langsung. Pertama, manfaat secara langsung bagi manusia adalah sebagai tempat ikan yang banyak dikonsumsi manusia dalam bidang pangan dan sebagai potensi pariwisata. Kedua, manfaat tidak langsung adalah sebagai penahan abrasi pantai yang disebabkan gelombang dan ombak laut serta sebagai sumber keanekaragaman hayati.
Direktur Pemulihan dan Peningkatan Sosial Ekonomi dan Sumber Daya Alam BNPB Dra. Andi Eviana, M.Si. menyampaikan bahwa kegiatan ini perlu dilakukan secara berkesinambungan. Pemerintah daerah diharapkan agar berkoordinasi dengan organisasi perangkat daerah teknis untuk mengalokasikan dana serta monitoring dan evaluasi bersama BPBD, Untad dan masyarakat agar program dari BNPB ini dapat berlanjut terus.
“Melalui Pentaheliks bersinergi, diharapkan program pemulihan dan peningkatan rehabilitasi terumbu karang pascabencana gempa bumi, tsunami dan likuifaksi dapat dilakukan secara berkesinambungan sebagai upaya mengembalikan kelestarian terumbu karang itu sendiri serta menahan laju perusakan baik kerusakan ekosistem hayati dan non-hayati,” ujar Andi Eviana pada pertemuan laporan kemajuan pendampingan pemulihan sumber daya alam, Rabu lalu (20/10/2021).
Baca Juga: Kapolri Puji Sosok Jenderal Hoegeng : Jujur, Sederhana dan Teladan Insan Bhayangkara
Pada kesempatan yang sama, Ketua Tim Pelaksana Kegiatan Pendampingan Untad Yutdam Mudin, S.Si., M.Si. menjelaskan bahwa kegiatan ini sudah di mulai sejak Mei dan akan berakhir di November. Menurut Yutdam, masa krusial dalam program ini adalah paska tanam, dimana bibit terumbu karang rawan mati. Oleh sebab itu, pihaknya terus fokus memonitor pertumbuhan setiap periode tertentu.
“Kegiatan pendampingan sudah dimulai sejak tanggal 24 Mei dan akan berakhir pada tanggal 19 November 2021. Namun demikian, transplantasi terumbu karang di 2 lokasi dengan 5.000 bibit terumbu karang yang mengikat di 1.100 balok beton telah rampung dikerjakan,” jelas Yutdam.
Ia menambahkan bahwa sisa waktu dalam beberapa bulan sampai berakhirnya kegiatan akan dilakukan pemantauan bibit. Pemantauan bertujuan untuk memastikan bibit terumbu karang dapat melewati masa adaptasi di lingkungan yang baru.
Ketua LPPM Untad, Dr. Ir. M. Rusydi H., M.Si. mewakili Wakil Rektor IV Bidang Pengembangan dan Kerja sama mengatakan bahwa program kegiatan kerja sama antara BNPB dan Unitad ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat terdampak bencana dan agar dilanjutkan tidak berhenti setelah program pendampingan ini usai.
Sementara itu, Pemerintah daerah yang diwakili oleh Sekretaris BPBD Provinsi Sulawesi Tengah mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi kegiatan tersebut kepada BNPB dan Untad serta akan melakukan pengawalan lanjutan dari program BNPB tersebut.
Sejauh ini BNPB telah memberikan 7.400 bibit terumbu karang untuk pemulihan ekosistem pascabencana di Sulawesi Tengah. Pada 2020 lalu, total bibit ditanam berjumlah 2.400, sedangkan pada tahun ini sebanyak 5.000 bibit.
Pemulihan berbasis masyarakat pada penanaman terumbu karang telah dirasakan oleh warga. Perwakilan masyarakat yang terlibat dalam kegiatan ini, Ahmad L. Maliki atau lebih dikenal dengan panggilan Pak Bobi mengatakan bahwa kegiatan penanaman terumbu karang pada tahun 2020 lalu secara perlahan telah memberikan hasil yang positif.
Maliki menyampaikan bahwa ikan-ikan mulai berkumpul kembali karena ekosistemnya perlahan mulai pulih sehingga produktivitas nelayan yang berbasis sumber daya alam berupa tangakapan ikan di sekitar lokasi penanaman mulai meningkat.
Ekosistem di beberapa kawasan Sulawesi Tengah rusak yang dipicu oleh gempa bumi M7,4 pada 2018 lalu. Gempa bumi yang memicu terjadinya tsunami ini menyebabkan rusak dan hilangnya terumbu karang di kawasan Teluk Palu, yang masuk wilayah Kota Palu dan Kabupaten Donggala.
(Ist)
Baca Juga:
PERTAMA, UGM Terapkan Tandatangan Elektronik Pada Ijasah Wisudawan
Tips Cegah Pencurian Data Pribadi dari Aplikasi Pinjol
Faktor Pemicu Gelombang Ketiga Covid-19, Ini Kata Pakar UGM
Tips Membersihkan Kotoran Telinga yang Tepat
Malas Gerak Selama Pandemi Covid-19 Berisiko Osteoporosis
Wacana Pemindahan Ibukota Negara Sudah Ada Sejak Zaman Kolonial