Kisah Bripka Joko Hadi, Polisi Penggali Kubur Kandidat HOEGENG AWARD 2025

Bripka Joko Hadi Aprianto anggota Polsek Samarinda Ulu, Polresta Samarinda, saat nyambi jadi penggali kubur / dok. Divisi Humas Polri


BERITAINSPIRATIF.COM - Salah seorang anggota Polri yang sehari-hari bertugas di Polsek Samarinda Ulu, Polresta Samarinda, Kalimantan Timur diketahui memiliki dedikasi tambahan yang ‘nyambi’ sebagai penggali kubur.

Bripka Joko Hadi Aprianto telah bertahun-tahun mendedikasikan dirinya sebagai penggali kubur tanpa bayaran alias Gratis bagi warga miskin di Samarinda, Kalimantan Timur.

Ia menceritakan bahwa pekerjaan sebagai penggali kubur ditekuninya sebelum menjadi anggota Polri, atau sejak dirinya masih duduk di bangku SMP. Hingga kini, Bripka Joko sudah sekitar 24 tahun menjalani pekerjaan menjadi penggali kubur.

“Jadi dulu masih SMP kan waktu SMP kelas 2 dan bapak saya ini kebetulan alhamdulillah polisi juga cuman dari tamtama, anak bapak saya itu 7 termasuk saya, saya anak ke-4. Jadi kan kita nih namanya ya mohon maaf nih pada zaman itu gaji polisi nggak seberapa, carilah tambahan sendiri,” kata Bripka Joko dilansir Humas Polri.

Baca Juga: Mulai Hari Ini Korlantas Polri Gelar Operasi Keselamatan 2025, Ini 11 Target Sasarannya!

Menurutnya, dulu menjadi penggali kubur dilakukannya untuk mencari tambahan penghasilan keluarga. Waktu SMP, dia menjadi penggali kubur dapat gaji Rp 20.000 hingga Rp 35.000.

“Berjalannya waktu 2005 disuruh almarhum bapak saya daftar polisi. Terus pendidikan, habis itu penempatan kembali ke Samarinda, gali lagi sampe sekarang ini,” ujar Bripka Joko.

Saat ini Bripka Joko sudah 5 tahun menjabat sebagai Ketua kuburan di sekitar tempat tinggalnya, dan dialah yang bertanggungjawab untuk mengelola lahan kuburan hingga menggaji tim penggali kubur yang membantu dirinya. Ia mengelola tanah kuburan milik Pemerintah Samarinda dan juga mewakafkan tanah warisan untuk dijadikan pemakaman warga setempat.

“Tanah wakaf itu warisan almarhum bapak, jadikan saya wakafkan juga tanah pribadi saya loh. Kalau yang ini cuma dibantukan kelola saja… tanah pemerintah, sebelum saya jadi ketua kuburan, sudah ada kuburan itu,” cerita Bripka Joko.

Bripka Joko menggratiskan jasa menggali kubur untuk warga yang meninggal dari keluarga kalangan kurang mampu. Meski gratis, tapi ia tak tega jika tidak membayar orang-orang yang membantunya menggali kubur. Alhasil, ia harus merogoh kocek sendiri untuk menggaji timnya tersebut.

“Kalau untuk warga nggak mampu pasti saya gratiskan, tapi tetap saya keluarkan uang saya pribadi untuk gaji.. ya namanya saya kerjakan orang di sana, kan saya ketuanya di situ. Jadi saya harus gaji anggota di sana. Tapi kalau yang orang mampu. Kadang-kadang ngasih macam-macam, ada yang ngasih Rp 300, Rp 500, Rp 800 ribu, paling banyak sejuta di situ. Tapi kalau orang nggak mampu gratis,” terang Bripka Joko.

Baca Juga: Daftar Lengkap 65 Pati TNI AD, AL, AU yang Dimutasi dan Rotasi PANGLIMA

Bripka Joko tak pernah mempermasalahkan jika dirinya harus memakai uang pribadinya untuk membantu orang yang sedang berduka. Meskipun Bripka Joko seorang anggota Polri, tapi ia tak mau kacang lupa sama kulitnya.

“Saya bisa hidup sampai sekarang jadi polisi dapat uangnya dulu dari gali kubur, nggak mau kacang lupa kulitnya lah, dulu kan dapat uang rejeki lebih dari SMP dapat uang banyak agak lumayan. Kalau sekarang malah rugi setiap bulan, kalau hitungan dunia rugi saya kan, hadiahnya surga bukan kipas angin, makannya saya kerjain sampe sekarang,” terang Bripka Joko.

Menolak Penghargaan & Memilih Tanah Wakaf

Bripka Joko pun berharap dapat tanah wakaf untuk memperluas lahan kuburan yang bisa dipakai oleh warga setempat. Ia rela menolak hadiah sekolah perwira dari Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo, asal dapat wakaf tanah untuk kuburan.

“Harapan mulai dulu sampai sekarang masih mohon izin bukan maksud saya pamer dan lain-lain. Saya 2014 dapat penghargaan saya tolak, saya berharap dapat tanah wakaf kuburan, 2023 dapat penghargaan dari wali kota saya tolak, saya berharap dapat tanah wakaf. 2024 didatengi Kapolri, disuruh sekolah saya mintanya tanah wakaf untuk warga sekitar. Nggak ada untuk saya pribadi, nggak ada,” ucap Bripka Joko.

“Kalau mau pribadi, saya dapet sekolah perwira gratis, saya ambil sekolah perwira gratis toh, ini kan enggak. 2024 pun demikian dikasih sekolah gratis, saya minta tanah wakaf. Kasian warga sini, kesempitan lahan sudah,” imbuh Bripka Joko.

Baca Juga: Dibuka! Penerimaan Polri 2025 Jalur AKPOL, BINTARA & TAMTAMA, Ini Linknya

Kandidat Hoegeng Awards 2025

Salah seorang Warga Samarinda Kota, bernama Hendy Saputra. Hendy yang mengenal kebaikan Bripka Joko, karena dulu pernah menjadi pemandu jemaah umrah rombongan Bripka Joko pada tahun lalu, mengusulkan Bripka Joko itu menjadi kandidat Hoegeng Awards 2025.

“Kalau Pak Joko kan salah satu jemaah kami tahun lalu, nah beliau itu apa profesinya kan polisi ya. Nah cuman orang banyak tahu bukan polisinya lah, orang banyak tahu penggali kubur, relawan,” ungkap Hendy, Senin (10/2/2025).

Menurut Hendy, Bripka Joko sosok polisi yang istimewa dengan dedikasinya tersebut. Ia pun menaruh respek terhadap Bripka Joko.

Selain suka membantu orang, Hendy menyebut Bripka Joko juga merupakan pribadi yang ramah dan mudah bergaul. Hal itu terlihat ketika Hendy memandu rombongan umrah Bripka Joko.

“Kalau kepribadian orangnya ramah, mudah bergaul. Nah, kebetulan kan beliau ini kan nggak ada basic jadi tour leader umrah, pas di Mekah-Madinah, beliau ibaratnya kayak terbuka untuk jadi tour leader, me-leading jemaah yang lain,” ucap Hendy.

Hendy menyebut Bripka Joko tak pernah menarif harga untuk warga yang meminta bantuan menggali kubur. Bahkan, kata dia, untuk warga kurang mampu pelayanan Bripka Joko itu gratis.

“Biasanya kan kalau tukang gali kubur kan gratis, nggak ada bayaran. Cuma kan biasanya ada sukarela, biasanya tuh dari yang si keluarga yang meninggal atau dari rukun kematian biasanya ngasih sukarela,” ujar Hendy.

Lihat Berita dan Artikel lainnya di: Google News 

Berita Terkait