- Pemerintahan
- 21 Nov 2024
Bandung, Beritainspiratif.com - Tantangan besar menyelimuti pengoperasian moda transportasi publik di masa pandemi. Terutama dalam menjamin kesehatan pengguna saat memanfaatkan moda transportasi tersebut.
“Jika tidak dimitigasi dan dikelola dengan baik, pengoperasian transportasi publik dapat menjadi sumber penyebaran covid-19 yang dapat membahayakan semua pihak seperti yang dikhawatirkan banyak pihak.”
Hal tersebut disampaikan Dr William Sabandar atau Willy, Direktur Utama PT MRT Jakarta dalam seminar diseminasi hasil penelitian berjudul “Mitigating the Covid-19 Infection Risk at MRT Jakarta: A System Approach”, Rabu (1/7/2020).
Willy mengatakan, MRT Jakarta menyadari betul tantangan yang dihadapi saat pandemi ini. Di sisi lain, MRT Jakarta sebagai penyedia layanan transportasi massal berperan penting di masa pandemi.
Tonton Juga:Video Klip Bank Indonesia Bandung
Sebab moda transportasi dibutuhkan untuk mendukung mobilitas masyarakat sehingga roda ekonomi dan roda pemerintahan berjalan lancar.
Untuk itu, MRT Jakarta perlu menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan untuk mengantisipasi dan mengurangi risiko penyebaran Covid-19 bagi pengguna layanannya.
“Diperlukan metodologi yang dapat digunakan untuk membantu menganalisa efektifitas dari kebijakan dan tindakan yang telah dilaksanakan ataupun yang akan dilakukan berkaitan dengan mitigasi penyebaran covid-19,” ucap dia.
Untuk itulah, MRT Jakarta bekerja sama melakukan riset dengan SBM ITB dimana diseminasinya dilakukan oleh Center for Policy and Public Management SBM ITB.
Mereka memanfaatkan pendekatan sistem untuk merancang dan mengevaluasi keefektifan kebijakan yang diterapkan dalam pengoperasian dan penyediaan layanan untuk menekan risiko penyebaran virus Covid-19 di dalam fasilitas yang dikelola MRT Jakarta.
Tim SBM ITB terdiri dari Prof. Dr. Utomo Sarjono Putro, Dr. Yos Sunitiyoso, Dr. Manahan Siallagan, Dr. Santi Novani, Khrisna Ariyanto, MT., M.Eng., Arfenia Nita, MMgt(Fin)., dan Pratiwi Sukmawati B.Sc., yang tergabung dalam Kelompok Keahlian Pengambilan Keputusan dan Negosiasi Strategis (KK-DMSN).
Baca Juga:Pembangunan-flyover-jalan-jakarta-dan-laswi-dimulai-lagi-target-desember-selesai
Prof Utomo Sarjono Putro, Ketua tim peneliti menjelaskan mengenai konsep pemodelan dan simulasi berbasis agen dengan memperhatikan aspek perilaku dari pemangku kepentingan yang terlibat.
Kemudian Dr Yos Sunitiyoso, sebagai peneliti perilaku pengguna transportasi menjelaskan mengenai pentingnya meyakinkan pengguna transportasi umum mengenai keselamatan dari risiko terpapar Covid-19 dan pentingnya mempertimbangkan perilaku pengguna layanan transportasi umum dalam merancang kebijakan ataupun tindakan mitigasi resiko infeksi covid-19.
Dr Manahan Siallagan, sebagai modeller dalam penelitian ini kemudian memberikan penjelasan mengenai pengembangan model simulasi berbasis agen untuk mitigasi penyebaran infeksi covid-19 di MRT dan hasil-hasil skenario yang didapat untuk memberikan masukan dalam pengambilan keputusan di MRT Jakarta.
“Simulasi aktivitas dengan menggunakan pemodelan berbasis agen ini mampu menganalisis keefektifan intervensi yang dalam pengoperasian MRT untuk menekan risiko penyebaran virus Covid-19,” imbuhnya.
Sementara itu, pakar pengambilan keputusan, Prof Kuntoro Mangkusubroto menambahkan, pentingnya kebijakan yang didasarkan pada pendekatan ilmiah.
Ini digunakan untuk membantu pembuatan kebijakan dimana eksperimentasi di dunia nyata tidak mungkin dilakukan dan memiliki konsekuensi yang berat.
Tonton Jaga:Panduan Cara Ganti Nickname di Play Game Valorant – Gratis Lho..
Kerja sama SBM ITB dan MRT Jakarta ini merupakan contoh dari kerja sama akademisi dari universitas dan industri (MRT Jakarta) dalam membantu pengambilan kebijakan di perusahaan dalam mitigasi risiko infeksi covid-19 pada pengoperasian fasilitas MRT.
Kerja sama serupa perlu didorong untuk keberlangsungan permasalahan publik lainnya yang dibutuhkan DKI Jakarta maupun pada tingkat nasional.
Center for Policy and Public Management SBM ITB mendorong perlunya kebijakan berbasis evidence sehingga kolaborasi antara pengambil kebijakan dan dunia akademis akan semakin erat.
(Yanis/Rls)