- Pemerintahan
- 23 Nov 2024
Jakarta, Beritainspiratif.com — Pertemuan Joko Widodo dan Prabowo Subianto pada Sabtu (13/7/2019) adalah momentum untuk kemajuan Indonesia. Pertemuan ini juga diyakini akan mengakhiri spiritualisasi rasa dendam yang telah merasuk ke seluruh sendi kehidupan masyarakat yang sangat membahayakan eksistensi NKRI.
Demikian dikatakan Direktur Relawan TKN, Maman Imanulhaq saat memberikan sambutan dalam acara syukuran rekonsiliasi Jokowi dan Prabowo yang digelar Rumah Kerja Relawan (Rumker) Jokowi Amin di Jatinegara Jakarta, Sabtu 13/7/2019).
“Saya yakin pertemuan ini akan mengakhiri rasa saling benci, curiga dan dendam yang memunculkan narasi tentang negeri yang sakit, kacau, kriminalisasi tokoh dll. Saya berharap semua pendukung kembali bersatu menguatkan persaudaraan sebangsa dan se-Tanah Air," tegas tokoh muda NU ini.
Acara yang diisi pembacaan Yasin, sholawat dan santunan kepada anak yatim ini dihadiri para ulama, tokoh pendidikan dan perempuan peduli bangsa.
Tokoh masyarakat Madura yang juga Staff Khusus Keagamaan Gubernur Sumatera Selatan KH. Amiruddin Nahrowi menyatakan rasa syukur atas pertemuan bersejarah dua tokoh yang berkontestasi di Pilpres 2019 tersebut.
“Kita merasa lega dengan pertemuan Pak Jokowi dan Pak Prabowo tadi pagi. Karena harus diakui Pilpres 2019 telah memicu keretakan hubungan sosial di masyarakat. Mari kita hentikan aksi bullying, blokir-memblokir akun medsos, fitnah dan ujaran kebencian. Saatnya kita gotong royong membangun Indonesia yang lebih maju dan bermutu”, ujar bendahara Lembaga Dakwah PBNU ini.
Beberapa tokoh yang hadir di antaranya KH. Saeful Amin, Prof. Dr. Zulkifli, Prof. Dr. Suyitno, Dr. Widodo, DR. Yofi Kusmiyati dan Husni Mubarok. Semua sepakat bahwa strategi politik selama Pilpres seperti populisme, politik identitas, dan sektarianisme harus dihentikan.
Di akhir acara, Maman Imanulhaq kembali menegaskan bahwa pertemuan Jokowi dan Prabowo di MRT Lebak Bulus ini harus menjadi starting movement bagi rekonsiliasi nasional yang menyeluruh dengan menguatkan pendidikan politik yang menghargai perbedaan, mengoptimalkan literasi media agar tidak ada hoaks dan bulying, meningkatkan kualitas pendidikan agama yang transformatif, rasional dan humanis, dan menyebarkan nilai kebangsaan melalui event kebudayaan dan keagamaan.
(Chs)