- Pemilu & Pilkada
- 23 Nov 2024
Bandung,eritainspiratif.com - Minat negara - negara
anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI), untuk meningkatkan pengetahuan tentang system manajemen rantai dingin vaksin, cukup tinggi.
Direktur Produksi dan Distribusi Kefarmasian Kementerian Kesehatan, Agusdini dari 57 negara anggota OKI baru 7 negara yang memiliki pabrik vaksin. Namun hanya dua negara yang diakui Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu Senegal satu produksi dan Bio Farma 15 produksi.
Menurutnya, Bio Farma sudah mengexport (vaksin) ke lebih 140 negara dan hampir 50 negara anggota OKI. Kebutuhan negara anggota OKI itu untuk menghandle vaksinnya, sehingga vaksinnya sampai di tangan dengan tepat, benar dan masih berhasiat.
"Dan kita tahu negara-negara OKI itu seperti Afrika hampir sama dengan Indonesia. Geografisnya susah dari pusat sampai ke pasien di daerah pinggiran," kata Agusdini disela Workshop Cold Chain Management System (rantai dingin) vaksin di Bandung, Selasa (1/10/2019).
Menurut Agusdini saat ini masih banyak negara-negara OKI, yang belum memiliki kapasitas memadai untuk penanganan rantai dingin vaksin.
Dalam system rantai dingin ini diperlukan gudang tempat refrigerator khusus vaksin dan hand carry. Distribusinya harus portable, dari Dinas Kesehatan provinsi dibawa ke puskesmas sampai ke pasien semuanya harus rantai dingin.
"Nanti percuma Indonesia sudah mengeksport, sudah bagus, tapi kalau rantai dingin tidak dijaga kuatirnya akan imbal outbreak penyakit-penyakit di negara-negara OKI," ujarnya.
Workshop ini kata Agusdini, ada empat negara yang
menyampaikan pengalamannya tentang rantai dingin. Peserta juga melakukan kunjungan ke Bio Farma dan melihat rantai dingin di kabupaten Bandung mulai dari Bio Farma, Dinkes Provinsi, kabupaten sampai ke puskesmas.
"Mereka melihat mekanisme distribusi vaksin di Indonesia," pungkasnya. (Ida)