Industri Keuangan Syariah dan Industri Halal, Didorong Memiliki Kontribusi Terhadap Pendapatan Negara



Bandung, Beritainspiratif.com - Kesadaran masyarakat Indonesia terhadap halal (halal awareness) dan tumbuhnya gaya hidup halal di kalangan anak muda dan perkotaan, menjadi peluang baru pertumbuhan perbankan syariah dan industri halal.

Dampak ikutan dari kecenderungan ini adalah peluang pengembangan ekosistem halal di Indonesia semakin baik dan variatif.

Sebut saja dengan berkembangnya halal food, Islamic fashion, Islamic tourism, Islamic education, haji dan umrah, zakat, sedekah hingga wakaf (Islamic philanthropy).

Pertumbuhan ekosistem halal ini mendongkrak pertumbuhan pangsa pasar perbankan syariah. Halal food punya potensi Rp 2.300 triliun, Islamic fashion hingga Rp 190 triliun, Islamic tourism mencapai Rp 135 triliun, haji dan umrah sebesar Rp 120 triliun, dan pendidikan berpotensi Rp 40 triliun.

Potensi itu belum mencakup seluruh pendapatan seperti Dana Pihak Ketiga (DPK), pembiayaan, dan transaksi bank lainnya yang berasal dari nasabah Muslim.

Menurut Ketua Prodi Ekonomi Islam Universitas Padjadjaran, Dr. Cupian, ekosistem halal di Indonesia ini memiliki potensi yang luar biasa. Sayangnya, industri keuangan syariah dan industri halal masih berjalan masing-masing, (belum terintegrasi) sehingga belum memiliki kontribusi terhadap pendapatan negara.

Perbankan syariah juga dinilai belum optimal menggarap peluang penyaluran pembiayaan ke industri halal, termasuk para pelaku usaha berbasis syariah yang bergerak di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

“Diperlukan sebuah sinergitas ekosistem halal yang terintegrasi hingga dapat menggerakkan lebih banyak pihak,” kata Cupian dalam acara Sawala Bincang Bersama Media Jawa Barat bertema Mendorong Ekosistem Halal Melalui Perbankan Syariah Kota Bandung, Kamis (13/2/ 2020).

Dari pelaku perbankan, Direktur Utama Bank BJB Syariah Indra Falatehan mengatakan, industri keuangan syariah yang dikembangkan dalam bentuk perbankan syariah, asuransi dan bentuk-bentuk layanan keuangan syariah non-bank lainnya, dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Industri jasa keuangan syariah dengan volume usaha dan kekuatan permodalan kecil, memiliki keterbatasan untuk meningkatkan daya saing dalam bentuk investasi pada teknologi dan memiliki SDM terbaik, terlebih dalam kondisi persaingan ketat dengan dominasi sistem keuangan konvensional yang sudah mapan.

Untuk itu, kata Indra Falatehan, Bank BJB Syariah bekerja sama dengan berbagai pihak mendorong ekosistem halal, salah satunya dengan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaran Ibadan Haji (BPS-BPIH), Bank Penerima Setoran Biaya Perjalanan Ibadah Umrah (BPS-BPIU), serta Kementerian Pariwisata.

Peran media juga diakui sangat signifikan guna mengedukasi dan menyosialisasikan ekonomi syariah ini.

Pemimpin Divisi Penyelamatan dan Penyelesaian Pembiayaan Bank BJB Syariah, Asep Syarifudin mengatakan, BJB Syariah memiliki strategi untuk pengembangan industri halal ini.

Sejumlah strategi itu salah satunya berupa inovasi produk, mempermudah akses produk dan layanan, serta meningkatkan promosi dan literasi industri halal.

“Meski demikian masih banyak tantangan yang dihadapi untuk memperkuat ekosistem halal tersebut. Penguatan literasi, sinergi, dan kolaborasi yang dilakukan dengan berbagai pihak diharapkan akan memperkuat keuangan syariah,” kata Asep Syarifudin.

Sementara itu, Kepala Bagian Pengawasan Nonbank OJK Kantor Regional 2 Jawa Barat Noviyanto Utomo mengatakan, pemerintah akan senantiasa mendukung optimalisasi ekosistem ekonomi syariah.

Tujuan utamanya membentuk lembaga perbankan syariah di Indonesia yang stabil, kontributif, dan inklusif.

“Sinergi dan semangat berjemaah antar pemangku kepentingan harus terus ditingkatkan, untuk menciptakan industri keuangan syariah yang semakin mewarnai perekonomian nasional dan menjadi instrumen keuangan yang dipercaya masyarakat Indonesia,” ujar Noviyanto.

(Ida)

Berita Terkait