- Pemilu & Pilkada
- 06 Dec 2024
Kota Bandung, Beritainspiratif.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung menggandeng komunitas relawan dan para pakar yang tergabung di Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) untuk mengedukasi masyarakat terkait mitigasi kebencanaan.
Wali Kota Bandung, Oded M. Danial berharap, kehadiran FPRB mampu memperluas jangkauan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung dalam edukasi mitigasi bencana kepada masyarakat. Sehingga kesadaran masyarakat terhadap potensi kebencanaan bisa semakin terbuka.
"Tentu saya berharap ketika forum sudah dikukuhkan, mereka menjadi mitra kerja dengan Pemkot Bandung dalam urusan bencana. Bisa membantu memitigasi bencana, dalam konteks pencegahaannya," kata wali kota usai pelantikan pengurus FPRB periode 2021-2024 di Pendopo Kota Bandung, Kamis (30/9/2021).
Baca Juga: Ratusan Prajurit TNI 'Asli Papua' Sambut Kirab Api PON XX di Merauke
Wali kota menuturkan, setiap potensi bencana bisa datang secara tiba-tiba. Namun risiko dampak yang lebih besar dapat diminimalisir apabila masyarakat sudah paham terhadap langkah penanganannya.
"Kita harus mengoptimalkan edukasi kepada masyarakat. Agar masyarakat bisa siap siaga menghadapi bencana. Itu yang dikedepankan," ujarnya.
Wali kota berharap, FPRB bisa berperan aktif bekerja sama dengan Pemkot Bandung melalui Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) untuk senantiasa terjun ke tengah-tengah masyarakat.
"Tugas pokok fungsi forum ini di antaranya memberi pelatihan-pelatihan kepada masyarakat," imbuhnya.
Sementara itu, Ketua FPRB, Trio Meirdiano menyatakan, langkah edukasi mitigasi bencana sangat penting untuk mengurangi dampak. Sehingga FPRB ini mewadahi banyak Sumber Daya Manusia (SDM) dari berbagai disiplin keahlian.
"Jadi FPRB tergabung di beberapa komunitas. Saat musyawarah pertama pada 22 September lalu, ada 35 komunitas dari segala unsur. Kita bermain di segala instrumen, mengingat mengurangi risiko ini sangat penting," ucap Trio.
FPRB sekitar 75 persen muatannya berkenaan dengan kajian-kajian tentang berbagai potensi kebencanaan. Kemudian 25 persen sisanya, yakni praktek dan survei di lapangan.
Trio mengungkapkan, perlu pemahaman di tengah masyarakat bahwa mitigasi kebencanaan bukan hanya terkait kondisi alam. Namun turut dipengaruhi oleh perilaku manusia yang juga berkontribusi terhadap potensi terjadinya bencana.
"Ketika stigma masyarakat mendengar bencana, itu alam. Padahal sosial juga faktor utama terjadinya bencana. Kita harus diperbaiki lagi agar lebih fokus menjaga semua bencana," katanya.
(RV)
Baca Juga:
Mulai 1 Oktober, Layanan Kebersihan Beralih Ke DLHK Kota Bandung
Cek Sertifikat Tanah Kini Bisa Via Online, Begini Caranya
Wakil Presiden RI Puji Program Buruan SAE Kota Bandung
Usia 24 Tahun, Diva Raih Gelar Doktor Termuda Wisuda ITS Ke-124
Karyawan Wisata, Hotel, Cafe dan Restoran Wajib Tervaksin
Inilah Arti 4 Warna di Aplikasi Peduli Lindungi Saat Masuk Area Publik