- Ragam
- 21 Aug 2025
BERITAINSPIRATIF.COM - Bupati Garut Abdusy Syakur Amin membuka Seminar Pengusulan Pahlawan Nasional yang diselenggarakan di Gedung Pendopo Garut, Jalan Kiansantang, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Rabu (20/8/2025).
Seminar ini secara khusus membahas pengusulan Almarhum K.H. Anwar Musaddad sebagai Pahlawan Nasional dari Jawa Barat.
Syakur menyampaikan, pengusulan ini bukan sesuatu yang diinginkan oleh Almarhum K.H. Anwar Musaddad, melainkan bentuk kecintaan masyarakat. Ia menyoroti fenomena modern di mana banyak figur idola yang kontradiktif dengan nilai-nilai luhur. Oleh karena itu, sosok K.H. Anwar Musaddad dianggap sebagai figur teladan yang representatif bagi masyarakat Garut.
"Beliau adalah sosok yang lahir di Garut, memiliki pendidikan yang bukan berorientasi untuk para ningrat, dengan memberikan pemahaman yang luas tentang bagaimana kita memiliki hubungan toleransi yang tinggi," jelas Syakur.
Ia menceritakan, K.H. Anwar Musaddad adalah sosok yang menghormati keyakinan orang lain dan menganggap hidayah sebagai sesuatu yang tidak bisa dipaksakan.
Bupati juga menyoroti peran penting K.H. Anwar Musaddad dalam memajukan pendidikan, menghormati peran perempuan, dan memanfaatkan media dalam berdakwah.
"Sikap itu sangat penting jadi teladan bagi kita semua, ketika orang lain bicara tentang budaya perempuan, K.H. Anwar Musaddad sudah dari dulu bicara tentang pentingnya peranan perempuan," imbuhnya.
Baca Juga: Sejarah HARI JUANG POLRI 21 Agustus dan Jejak Kepahlawanan M. Jasin
Ia menjelaskan, pengusulan ini bukan semata-mata agar K.H. Anwar Musaddad dikenal atau dihormati, melainkan karena Garut memerlukan figur yang merepresentasikan nilai-nilai kepedulian terhadap pendidikan, toleransi, dan keberanian.
Analis Kebijakan Ahli Muda Biro Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Jawa Barat, Muhammad Hanif, menyampaikan apresiasi atas nama Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
"Semoga acara ini berjalan lancar dan menghasilkan suatu rumusan yang menjadi bagian dari upaya kita bersama dalam mengangkat nilai-nilai perjuangan dan kepahlawanan," harapnya.
Muhammad Hanif menjelaskan bahwa proses pengusulan pahlawan nasional tidak bisa berjalan sendiri. Diperlukan kolaborasi dan gotong royong dari pemerintah daerah, perguruan tinggi, akademisi, tokoh masyarakat, dan media.
"Tentu, mengusulkan K.H. Anwar Musaddad ini sebagai pahlawan Nasional dengan kolaborasi akan lebih maksimal," tegasnya.
Ia menjelaskan, K.H. Anwar Musaddad merupakan ulama besar yang lahir, tumbuh, dan berjuang dari bumi Garut.
"Ia bukan hanya pendidik, penggerak pesantren, namun tokoh pejuang yang mengedepankan tenaga dan pikiran untuk kemerdekaan bangsa Indonesia," katanya.
Hanif mengajak seluruh hadirin untuk meneladani K.H. Anwar Musaddad yang menggabungkan ilmu, iman, dan pengabdian kepada negara.
Baca Juga: Mantap! Bripda Pol Petrus Harumkan Indonesia di Kejuaraan Taekwondo Dunia
Ia berharap, seminar ini dapat menghasilkan rumusan akademik yang kuat untuk memperkuat naskah usulan K.H. Anwar Musaddad sebagai Pahlawan Nasional dari Jawa Barat.
Dikutip laman resmi UIN Sunan Gunung Jati Bandung, perjalanan hidup KH Anwar Musaddad dipenuhi jasa dan pengabdian diri untuk bangsa dan negara melalui gerakan dakwah yang nasionalis. Ilmu pendidikan Islam dan keahlian militer diamalkan untuk mendorong semangat perjuangan pribumi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Ketua Pembina Yayasan Al Musadaddiyah Yies Sa’diyah menceritakan bahwa Anwar Musaddad memiliki keistimewaan dalam perjuangannya melawan bangsa penjajah.
Kestimewaannya itu adalah menanamkan nilai-nilai jihad atas nama Islam yang menolak semua tindakan zalim manusia terhadap manusia lainnya seperti yang dilakukan bangsa Jepang dan Belanda yang menjajah Indonesia pada masa itu.
Perjuangan Anwar Musaddad bukan hanya dihadapkan pada bangsa penjajah Belanda, melainkan dari bangsa sendiri, yaitu gerakan pengacau keamanan, yakni Darul Islam dengan Tentara Islam Indonesia yang dikenal dengan nama DI/TII pimpinan Kartosoewiryo.
Gerakan Kartosoewiryo ingin membentuk Negara Islam Indonesia dan Anwar Musaddad mendapat tawaran untuk bergabung, tetapi menolak.
Berdasarkan keterangang ditulis dalam buku Prof Dr Herlina Lubis penolakan Anwar Musaddad terhadap tawaran DI/TII itu sebagai langkah nyata untuk membangun kesatuan bangsa demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Anwar Musaddad lahir di Garut 3 April 1909 dari pasangan Abdul Awwal bin Haji Abdu dan Marfuah binti Kasriyo.
Baca Juga: Pendiri Pasar Induk Caringin dan Tokoh Penggerak Ekonomi H.D SUTISNO Genap 88 Tahun
Dia mengikuti pendidikan Islam dari guru ngaji yang tidak jauh dari rumahnya. Orang tuanya memasukan ke Sekolah Dasar milik lembaga pendidikan Nasrani Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Christeljik yang dianggap tidak ada sekolah lain yang lebih baik waktu itu.
Anwar Musaddad muda itu kemudian melanjutkan sekolah MULO di SUkabumi, kemudian sekolah AMS Chsteljik di Jakarta.
Anwar kemudian kembali ke Garut dan menjadi santri di Pesantren Cipari selama dua tahun, lalu menjadi siswa Madrasah Al-Ikhlas di Jakarta untuk mempelajari lebih dalam ilmu-ilmu agama Islam dengan baik, termasuk belajar bahasa Arab karena dianggap penting sebagai bahasa Al Quran dan ilmu pengetahuan agama lainnya.
Selama belajar itu, Anwar tinggal di rumah Haji Oemar Said Tjokrominoto (HOS Tjokrominoto), seorang pemikir muslim dan tokoh politik Indonesia yang disegani pada masa penjajahan.
Kemudian usia 21 tahun atau tahun 1930, Anwar Musadd berangkat ke Tanah Suci, Mekah, untuk belajar agama Islam.
Anwar menjadi santri di Madrasah Al-Falah di Mekkah dan berhasil menyandang dua predikat secara bersamaan, yaitu sebagai santri dan ustad mengajarkan mata pelajaran bahasa Inggris.
Setelah merdeka, Anwar Musaddad terus melakukan perjuangannya melalui pendidikan pendidikan keislamannya hingga akhirnya mendapat gelar Guru Besar IAIN Sunan Gunung Djati Bandung di bidang Ilmu Perbandingan Agama tahun 1974.
Anwar Musaddadga memiliki peran dalam pendirian Perguruan Tinggi Agama Negeri di Yogyakarta dan juga mendirikan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang disahkan pemerintah tahun 1967. Sekarang menjadi Universtitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung.
Dia merupakan sosok yang telah memberikan sebagian besar hidupnya untuk umat, bahkan jiwa yang nasionalisnya telah menunjukkan kecintaan membela Indonesia.