- Pendidikan
- 11 Nov 2025
Jessie Manopo, yang menjadi wisudawan Doktor (S3) termuda / dok. ITB
Motivasi Jessie untuk bergabung dengan PMDSU telah terbangun sejak ia menempuh pendidikan S1.
"Awalnya waktu S1 ada kakak tingkat yang juga lanjut S2-S3 dengan beasiswa PMDSU. Beliau diundang ke kampus untuk mengisi acara, dan setelah mendengar testimoninya saya jadi tertarik," ujarnya dikutip laman resmi ITB.
Dari Fisika SMA hingga Material Komputasi
Jessie Manopo telah menunjukkan ketertarikan pada sains sejak SMA. "Kalau dulu SMA suka matematika dan fisika karena seru bisa melatih cara berpikir," kenangnya.
Perjalanan akademiknya dimulai dari S1 Fisika di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), yang ia selesaikan dengan predikat Cumlaude. Di sinilah minatnya semakin terasah tajam. Ia merasa dosen-dosen S1 berhasil mengajar dan membuatnya melihat fisika sebagai ilmu yang menarik untuk mempelajari alam semesta.
Titik baliknya terjadi di semester 6, saat ia mulai belajar Fisika Zat Padat. Dari situ, ia tertarik untuk menekuni riset di bidang ilmu material. Karena juga menyukai programming sejak SMA, Jessie menggabungkan kedua minatnya dan memilih bidang spesifik, Computational Materials Science (Ilmu Material Komputasi). Ia bahkan sudah mulai mempelajari Density Functional Theory (DFT) sejak S1, sebuah metode yang akhirnya ia tekuni hingga jenjang S3.
Strategi Kebut S2-S3 dengan Disiplin 9-to-5
Menjalani program S2 dan S3 secara bersamaan dalam waktu singkat tentu menuntut strategi manajemen waktu yang efektif. Jessie Manopo, dengan pengalamannya, membagikan rahasia di balik efisiensi studinya.
"Tipsnya, habisin semua kuliah di tahun pertama supaya pada saat tahun kedua bisa mulai fokus riset," katanya.
Strategi ini sangat terbantu oleh materi kuliah S2 di ITB, yang sebagian besar merupakan pengulangan dari materi S1. Hal ini memastikan proses adaptasinya berjalan mulus dan mempercepat kemajuannya di ITB.
Di luar strategi akademik, disiplin menjadi fondasi utama kesuksesan riset Jessie. Selama menjalani studi S3, ia secara konsisten bekerja di laboratorium setiap hari kerja, mulai pukul 9 pagi hingga 5 sore. Setelah jam kerja, Jessie memanfaatkan waktu untuk beristirahat, memastikan keseimbangan antara studi dan kehidupan pribadi tetap terjaga.
Disiplin dan etos kerja yang kuat ini membuahkan hasil riset yang luar biasa. Sepanjang masa studinya dari S1 hingga S3, Jessie tercatat sangat produktif dengan berhasil memublikasikan enam research paper, dengan tiga sebagai penulis pertama (first-author) dan tiga sebagai co-author. Karya-karya ilmiah bergengsi ini termasuk yang dimuat di jurnal Q1 Materials Chemistry and Physics (saat S1) dan RSC Advances (saat S2), menunjukkan kontribusi signifikan Jessie dalam bidangnya.
Di Balik Akademisi: Sepeda, Musik, dan Karier di Jepang
Di balik citra akademisi yang tekun, Jessie tetap meluangkan waktu untuk hobi dan refreshing. "Kalau weekend suka sepedaan jauh gitu bisa 40-50 km bolak-balik," katanya. Selain itu, ia juga hobi mendengarkan musik dan mengoleksi album. Ada satu hobi uniknya yang ternyata sangat bermanfaat untuk masa depannya, yaitu belajar bahasa Jepang karena kecintaannya pada musik Jepang.
"Ternyata cukup bermanfaat juga hobinya karena sekarang saya kerja di Jepang (postdoc)," ungkap Jessie. Saat ini, ia sedang menjalani program Postdoctoral di Kyushu University, Jepang, melanjutkan jejak risetnya di kancah global.
Tantangan dan Pesan Inspiratif
Perjalanan Jessie menuju gelar doktor termuda bukanlah tanpa tantangan. Ia mengakui bahwa lulus dari ITB, terutama program S3, "sulit banget." Beberapa hambatan sempat ia hadapi.
Jessie pun memberikan pesan singkat namun realistis bagi mahasiswa lain yang sedang berjuang. "Semangat saja karena S3 itu memang sulitlah," katanya.
Pesan ini menegaskan bahwa setiap pencapaian besar membutuhkan perjuangan, tetapi dengan dedikasi dan strategi yang tepat, mengukir prestasi gemilang adalah mungkin.
Lihat Berita dan Artikel lainnya di: Google News
-Kini Urus SKCK Bisa Online, Tidak Perlu Antre/Datang ke Kantor Polisi, Begini Caranya!