- Pemerintahan
- 23 Nov 2024
? Ustadz Fauzan ST Lc MA
? Materi Tematik
Amalan-Amalan Di Bulan Ramadhan (Bagian 08)
AMALAN-AMALAN UTAMA DIBULAN RAMADHĀN*
*BAGIAN 08*
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد
Para sahabat Bimbingan Islām dan kaum muslimin yang berbahagia, kita lanjutkan amalan berikutnya, yaitu :
▪ *Amalan Shalāt Dhuhā*
Jumlah raka'at shalāt dhuhā yang sedikit adalah dua raka'at, (yaitu) setelah seorang mengerjakan shalāt shubuh berjama'ah di masjid kemudian dia berdiam diri di dalam masjid sampai terbit matahari, kemudian dia melaksanakan shalāt dua raka'at.
⇒ Dan ini memiliki keutamaan yang besar.
Sebagaimana dalam sebuah hadīts dari Anas bin Mālik radhiyallāhu Ta'āla 'anhu, beliau berkata :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ ». قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ »
_Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda :_
_"Barangsiapa yang melaksanakan shalāt shubuh secara berjama'ah lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allāh hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan shalāt dua raka'at, maka ia mendapatkan pahala seperti *pahala haji dan umrah.”*_
_Beliau pun bersabda :_
_"Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna."_
(HR Tirmidzī nomor 586
dan dihasankan oleh Syaikh Albāniy rahimahullāh)
Ini adalah keutamaan orang yang shalāt shubuh berjama'ah di masjid kemudian duduk (berdiam diri) untuk berdzikir hingga terbit matahari, kemudian melaksanakan shalāt dua raka'at, dan ini termasuk kedalam shalāt dhuhā (minimalnya dua raka'at).
*Berapa batasan shalāt dhuhā ?*
Batasan shalāt dhuha tidak terbatas, sebagaimana dalam sebuah hadīts dari 'Āisyah radhiyallāhu Ta'āla 'anhā, beliau berkata :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُصَلِّي الضُّحَى أَرْبَعًا وَيَزِيدُ مَا شَاءَ اللَّهُ
_"Bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam beliau *shalāt dhuhā empat raka'at* dan beliau menambahkan sesuai dengan kehendak Allāh Subhānahu wa Ta'āla."_
(HR Muslim no. 1176 versi Syarh Muslim no. 719)
Dan beliau menambahkan sesuai dengan kehendak Allāh Subhānahu wa Ta'āla, (artinya) tidak terhitung jumlah raka'atnya sesuai dengan kehendak (taufīq) yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan kepada beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam).
Kemudian Ikhwān Fīddīn A'ādzaniyallāh wa Iyyakum.
Bahwasanya orang yang menjaga shalāt dhuhā atau seseorang yang senantiasa terus menerus melaksanakan shalāt dhuhā adalah orang yang awwāb (orang yang mudah bertaubat kembali kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla).
⇒ Di antara sifat orang yang awwāb adalah dia merutinkan (membiasakan) shalāt dhuhā.
Hal ini berdasarkan hadīts dari Abū Hurairah radhiyallāhu Ta'āla 'anhu, beliau berkata bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, beliau bersabda:
لاَ يُحَافِظُ عَلَى صَلاَةِ الضُّحَى إِلاَّ أَوَّابٌ
_"Tidaklah menjaga shalāt sunnah dhuhā melainkan awwāb (orang yang kembali taat)."_
(HR Imām Hakīm,
dihasankan oleh Syaikh Albāniy dalam Shahīh Al Jamī')
Hadīts lain yang menunjukkan bahwa *shalāt dhuhā* adalah shalāt yang menggugurkan kewajiban kita bersedekah atas setiap ruas tulang yang kita miliki, karena setiap ruas tulang ini adalah nikmat dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla .
⇒ Kita memiliki *360 ruas tulang*, yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan kepada kita.
Dalam sebuah hadīts dari Abū Dzar radhiyallāhu Ta'āla 'anhu, beliau berkata, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda :
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى
_"Setiap pagi hari diharuskan bagi *seluruh persendian* di antara kalian untuk *bersedekah*._
_Setiap bacaan *tasbih (subhānallāh)*_
_bisa sebagai sedekah, setiap bacaan *tahmid (alhamdulillāh)*_
_bisa sebagai sedekah, setiap bacaan *tahlil ('Lā ilāha illallāh)*_
_bisa sebagai sedekah, _dan setiap bacaan *takbir (Allāhu akbar)*_
_juga bisa sebagai sedekah._
_Begitu pula *amar ma’'ruf* (mengajak kepada ketaatan)_
_dan *nahi mungkar* (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah._
_Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan *shalāt dhuhā* sebanyak 2 raka'at."_
(HR Imām Muslim, Imām Ahmad dan Abū Dāwūd)
⇒ Ini menunjukkan bahwasanya *shalāt dhuhā* mencukupi kewajiban kita untuk *bersedekah dari setiap ruas tulang* yang Allāh berikan kepada kita.
Shalāt dhuhā juga merupakan shalāt yang diwasiatkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam kepada murid kesayangan beliau (yaitu) Abū Hurairah radhiyallāhu ta'āla 'anhu.
Dari Abū Hurairah radhiyallāhu ta'āla 'anhu, dia berkata :
أَوْصَانِي خَلِيلِي بِثَلَاثٍ لا أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ : صَوْمِ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ
_*"Kekasihku (Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam) telah berwasi'at kepadaku tentang tiga perkara agar jangan aku tinggalkan hingga mati :*_
_*puasa tiga hari setiap bulan (ayamul bidh), dua raka’at shalāt dhuhā dan tidur dalam keadaan sudah melakukan shalāt witir."*_
(HR Bukhāri dan Muslim)
Dalam riwayat (musnad Ahmad) ditambahkan :
وبالصلاة ضحي فإنها صلاة الأوابين
_"Dan diwasiatkan *shalāt dhuhā*, karena sesungguhnya shalāt dhuhā adalah shalāt orang-orang yang *awwāb* (orang-orang yang kembali kepada Allāh /bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla)."_
Para sahabat sekalian yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
√ Smoga kita dimudahkan untuk melaksananakan amalan-amalan shālih ini (diantaranya shalāt dhuhā).
√ Smoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan taufīq kepada kita dan memudahkan kita untuk istiqāmah melaksanakan amalan tersebut.