- Pemerintahan
- 23 Nov 2024
Jakarta,Beritainspiratif.com – Direktur Relawan Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi – Ma’ruf Amin, Maman Imanulaq, mengajak semua pihak menghentikan penyebaran berita bohong atau hoax di media social.
“Terutama di tahun politik sekarang ini, hoax akan memanaskan situasi dan memicu pertakaian di masyarakat,“ kata Maman merespon hasil survei Polmark Indonesia bahwa hoax menjangkau mayoritas pengguna media sosial.
Polmark memaparkan hasil sejumlah survei yang dilakukan sejak 15 Januari 2016 sampai 11 Juni 2018 dalam forum diskusi bertajuk “Pemilu dan Potensi Retaknya Kerukunan Sosial” di Jakarta, Rabu (29/8).
Tampil sebagai narasumber antara lain pengamat politik, Roky Gerung, peneliti LIPI, Siti Zuhro, politikus PDIP, Muararar Sirait dan Maman Imanulhaq .
Hasi survei menunjukan, sebanyak 21,2 persen responden sering menemukan hoax di media social, 39,6 persen responden mengaku jarang mendapati hoax dan sisanya tidak menjawab. Dengan demikian hoax menjangkau 60,8 persen pengguna media social dengan intensitas berbeda.
Maman menegaskan, hasil survei tersebut menunjukan betapa hoax sudah begitu marak di media social. Karenanya, ia mengajak semua pihak untuk menyejukkan tahun politik sekarang ini dengan mengakhiri penyebaran hoax .
“Kalau hoax dibiarkan terus semakin menjadi –jadi berarti kita sengaja menunggu keadaan bertambah genting dan perselisihan di masyarakat semakin meruncing,” ujar dia.
Maman Imanuhaq mengingatkan, jika pertentangan di masyarakat begitu tajam, maka Pilpres akan menyisakan ‘luka’ yang pemulihannya memakan waktu lama.
“Kita tidak ingin terjadi polarisasi yang mencolok di Pilpres tahun depan, karena itu marilah dengan kesadaran penuh kita hentikan pembuatan dan penyebaran hoax,” kata anggota Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.
Ia mencontohkan terjadinya keretakan kerukunan warga Ibu Kota selama dan sesudah pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta 2017.
Maman berharap apa yang terjadi di Pilkada Jakarta tak terulang pada Pilpres tahun depan.
Hasil survei Polmark menunjukkan, Pilkda DKI Jakarta 2017 menyebabkan hubungan pertemanan sesama warga rusak. Memang sebagian besar responden, 93,8 persen, mengaku hubungan pertemanan mereka tak terganggu dengan pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta, namun ada 5,7 persen responden yang menyatakan hubungan pertemanan mereka menjadi rusak.
“Satu saja keretakan hubungan sosial adalah tragedi demokrasi. Dalam demokrasi yang mapan dipersyaratkan Pemilu sebagai cara bermain yang diterima semau orang. Proses dan hasil Pemilu semestinya tak boleh mebuat luka sosial bagi siapapun,” demikian kesimpulan Polmark Indonesia.
Yones