Inflasi Jabar Melonjak di September, Ini Pemicunya?



BANDUNG. Inflasi Jawa Barat pada bulan September 2017 meningkat dibanding bulan sebelumnya yang tercatat mencapai 0,18 persen (mtm), 2,85 persen (ytd), dan 3,87 persen (yoy).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jabar, Wiwiek Sisto Widayat mengatakan hal itu disebabkan oleh biaya pendidkan yang masih memberi andil besar pada tekanan inflasi bulan September.

Selain itu, lanjut Wiwiek, pasokan beras yang menurun akibat kondisi cuaca dengan curah hujan yang rendah menyebabkan panen beras pada September ini tidak sebaik periode sebelumnya. Ini juga menjadi pemicu tekanan inflasi di bulan September menjadi lebih tinggi.

"Realisasi tekanan inflasi Jawa Barat pada bulan ini (September-red) tercatat berada di atas nasional (3,72 persen, yoy), namun masih berada di bawah rata-rata historis (2012-2016 exclude 2013), yaitu sebesar 4,34 persen (yoy)," ujar Wiwiek di Hotel Novotel, Jalan Cihampelas, Bandung, Senin (9/10).

Dilihat dari sisi disagregasinya, pada bulan September inflasi Jabar didominasi oleh kelompok inflasi inti (core inflation) dan kelompok harga diatur pemerintah (administered prices).

Wiwiek menjelaskan, untuk kelompok "core" komoditas biaya pendidikan dan emas perhiasan menjadi penyumbang utama. Sedangkan untuk kelompok "administered prices" kenaikan cukai rokok pada bulan September menjadi pendorong utama tingginya tekanan inflasi pada kelompok ini.

"Secara keseluruhan, inflasi Jawa Barat pada tahun 2017 diperkirakan masih dalam kisaran 4 persen plus minus 1 persen," ungkapnya.

Wiwiek menambahkan, ke depan BI akan terus berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Jabar melalui TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) dengan berbagai program kerja strategis pengendalian inflasi. (gan)

Berita Terkait