- Pemerintahan
- 03 Oct 2024
Kota Bandung, Beritainspiratif.com - Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran meluncurkan aplikasi “Tanya Obat” sebagai layanan informasi bagi masyarakat mengenai obat. Aplikasi ini juga mempermudah masyarakat dalam mencari dan memperoleh obat yang dibutuhkan. Peluncuran dilakukan di Ruang Auditorium Gedung Dekanat Fakultas Farmasi Unpad, Jatinangor, Rabu (25/10/2023).
Acara peluncuran dihadiri langsung Direktur Inovasi dan Korporasi Unpad Prof. Dr. Tomy Perdana, M.M., Direktur Badan Pengembangan Usaha Komersial dan Investasi Unpad Prof. Diana Sari, PhD, serta Dekan Fakultas Farmasi Prof. Dr. Ajeng Diantini, M.Si.
Dikembangkan sejak tahun 2022 melalui hibah yang diberikan Kemendikbudristek RI, aplikasi “Tanya Obat” tahun ini meraih pendanaan Kedaireka dengan peneliti yang terdiri dari Apt. Sofa Dewi Alfian, M.KM., PhD; Apt. Prof. Irma Melyani Puspitasari, M.T., PhD; dan Apt. Neily Zakiyah, M.SC., PhD. Pengembangan aplikasi dilakukan bersama mitra PT. Dienggo Kreasi Nusantara yaitu Apt. Mariska Mahfud dan Saktian Aji, serta melibatkan sejumlah anggota tim lain dari Fakultas Farmasi Unpad.
“Aplikasi Tanya Obat adalah aplikasi Telefarmasi di mana kita ingin menguatkan peran apoteker di Indonesia,” ungkap Sofa ketua tim pengembang dilaman resmi Unpad.
Baca Juga: Jabar Optimistis Mampu Turunkan Prevalensi 'Stunting' pada Tahun 2024 Sesuai Target Nasional
Dikatakan Sofa, aplikasi ini hadir untuk melindungi masyarakat dari penggunaan obat yang tidak tepat. Aplikasi ini setidaknya memiliki lima fitur, yaitu Cari Apotek, Beli Obat, Tanya Apoteker, Artikel Kesehatan, dan Pengembangan Profesional Berkelanjutan untuk Apoteker.
“Harapannya, dengan aplikasi telefarmasi ini penggunaan obat pada masyarakat itu bisa menjadi lebih rasional. Masyarakat bisa menggunakan obat dengan aman, nyaman, dengan informasi kredibel yang diberikan oleh apoteker,” harap Sofa.
Dalam fitur Cari Apotek, konsumen bukan hanya dapat mencari apotek terdekat yang telah bermitra dengan Tanya Obat, tetapi juga dapat melihat persediaan obat. Konsumen pun dapat membeli obat yang dibutuhkan secara online.
“Di situ juga sudah ada informasi obatnya, indikasinya, dosisnya, cara pakainya, kita sudah tampilkan. Jadi tidak jual obat saja,” ungkap Sofa.
Salah satu keunggulan dari aplikasi ini adalah adanya layanan konseling dengan apoteker. Menurut Sofa, aplikasi informasi kesehatan yang saat ini ada belum menunjukkan peran apoteker secara kuat.
“Kalau kalau di platform telemedicine yang lain itu tidak ada peran apotekernya. Tapi kalau untuk aplikasi telefarmasi, kita ingin menguatkan peran apotekernya,” ujar Sofa.
Baca Juga: Masa Darurat Sampah di Kota Bandung Bakal Diperpanjang Hingga Akhir Tahun 2023
Selain itu, pada aplikasi ini juga terdapat artikel kesehatan untuk memberikan informasi mengenai obat kepada masyarakat, seperti cara penggunaan, keamanan, dan sebagainya. Selain diperuntukkan untuk pasien, aplikasi ini juga bermanfaat bagi apoteker terutama yang ingin mengembangkan kompetensi melalui fitur Pengembangan Profesional Berkelanjutan.
Fitur ini memudahkan apoteker untuk mengakses e-modul serta mengikuti webinar bagi para apoteker. Sofa berharap, aplikasi ini juga dapat memperkuat peran apoteker ditengah masyarakat.
“Diharapkan para apoteker dapat lebih bisa terekspos dengan adanya digitalisasi, sehingga peran apoteker bisa lebih muncul atau terlihat di masyarakat,” harap Sofa.
Tantangan Digitalisasi bagi Apoteker Dalam sambutannya Prof. Ajeng Diantini mengatakan bahwa aplikasi ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat, terutama di tengah gempuran informasi seperti saat ini. Dengan langsung bertanya ke ahli, masyarakat dapat terhindar dari informasi yang tidak tepat mengenai obat.
“Upaya yang dilakukan untuk mengedukasi masyarakat itu sangat penting, ya, sekarang ini. Karena informasi yang datang kepada kita dengan kemajuan teknologi informasi sangat banyak, kita mudah mendapatkan informasi di mana-mana tetapi seringkali kita perlu untuk bertanya kepada ahlinya yang mana yang benar,” ujar Prof. Ajeng.
Sementara itu Prof. Tomy Perdana mengatakan bahwa aplikasi ini merupakan salah satu jawaban dari tatangan teknologi informasi yang dihadapi apoteker. Aplikasi ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi industri farmasi, dimana hubungan konsumen dengan industri farmasi akan lebih baik.
“Mudah-mudahan dengan inisiasi dari teman-teman Farmasi melalui aplikasi Tanya Obat ini bisa menjadi titik awal untuk perkembangan baru di Industri Farmasi,” harap Prof. Tomy.
Aplikasi ini sudah dapat diunduh di Playstore, dan ke depannya akan terus dikembangkan untuk meningkatkan manfaat bagi pengguna. Acara juga diisi dengan talkshow bertema “Swamedikasi Digital” dengan pembicara Apt. Kevin Ben Laurence, RPh., BCMTMS, CT., dan Apt. Rian Nurdiana, S.Farm. (arm)*
Lihat Berita dan Artikel lainnya di: Google News
(YI)
Baca Juga:
-Berita Liputan Lainnya di Video Youtube Bicom
-Daftar Kota Terpanas di Indonesia, Suhu Mencapai 39,4 Derajat
-Lurah Sukamiskin Berbagi Tips Keberhasilan Kepada Lurah dan Kades Kab. Kutai Kartanegara
-Satgas Darurat Sampah Kota Bandung: Yang Boleh Dibuang ke TPS Itu, Sampah Residu!
-Masa Darurat akan Diperpanjang, Penanganan Sampah Kota Bandung Terapkan Pola Cluster
-12 RW di Kota Bandung Raih Penghargaan PROKLIM dari Kementerian LHK, Ini Daftarnya!