Inovasi 4 Media di Indonesia Ini, Bisa Jadi Contoh untuk Bisnis Berkelanjutan!

Diskusi Indonesia Digital Conference 2024 yang digelar di Hotel Santika Premiere, Jakarta (28/8/2024) / AMSI


BERITAINSPIRATIF.COM - Perusahaan-perusahaan media nasional saat ini berlomba mendorong inovasi produk demi pertumbuhan bisnis berkelanjutan. Salah satunya Hukumonline yang memanfaatkan generative Artificial Intelligence (AI). Sebagai regulatory technology Hukumonline juga mengembangkan produk di luar jurnalistik, selain itu inovasi hadir juga dari Tempo Digital, KBR68H dan Jawa Pos.

“Sekarang Hukumonline mengaplikasikan generative AI. Kami melihat ini sebagai opportunity, yaitu bagaimana cara mengemas informasi jadi jauh lebih menyenangkan. Wow effect-nya juga lebih dapet,” kata Chief Executive Office, Arkka Dhiratara dalam diskusi yang Indonesia Digital Conference 2024 yang digelar di Hotel Santika Premiere, Jakarta (28/8/2024).

Baca Juga: Kondisi Media Tidak Baik-baik Saja, Butuh Inovasi untuk Keberlanjutan

Kehadiran inovasi ini diakuinya membantu penjualan produk semakin mudah.

Arkka menuturkan, produk terbaru yang dihasilkan adalah “Ask Hukumonline”, yang memungkinkan pengguna mendapatkan informasi komprehensif dan terverifikasi mengenai isu-isu hukum serta peraturan perundang-undangan. Inovasi ini memungkinkan terjadi karena pihaknya berusaha menciptakan lingkungan atau ekosistem yang ramah perubahan.

Meski begitu, inovasi itu tidak serta merta tercipta. Hukumonline sampai harus melakukan diversifikasi tim, dan yang terpenting komunikasi intensif antarbidang. Karena bukan mustahil ide yang diusung mengalami kegagalan.

“Kalau kita punya tiga sampai empat ide, paling tidak ada satu yang berhasil. Oleh karena itu, semua harus dikalkulasi,” ujar Arkka.

Baca Juga: Kondisi Media Tidak Baik-baik Saja, Butuh Inovasi untuk Keberlanjutan

Sementara Tempo hadir dengan konsep single brand. Tim redaksi menciptakan value melalui artikel yang kemudian disampaikan tim IT kepada konsumennya. Konsep inilah yang menjadi kerangka berpikir Tempo Digital untuk menghadirkan single brand.

“Jadi kami ingin membuat project single brand ini menjadi satu aplikasi, satu merek. Kami ingin dikenal sebagai Tempo yang cuma ada satu, yaitu Tempo Digital. Bukan Majalah Tempo atau Tempo.co,” kata CTO Tempo Digital, Heru Tjatur TWP. Selanjutnya, Tempo juga melakukan optimalisasi aset digital. Saat ini Tempo memiliki arsip sejak tahun 1971, baik itu dalam bentuk teks maupun image, yang dikelola dengan baik.

Namun hingga saat ini, Heru mengakui masih memiliki pekerjaan rumah untuk membantu pembaca memahami produk atau layanan yang dimiliki Tempo.

Selain Hukumonline dan Tempo, KBR68H membagikan pengalaman berinovasi sebagai perusahaan media dengan DNA audio. Jauh sebelum podcast populer seperti saat ini, KBR68H sebenarnya sudah berinovasi melalui podcast di tahun 2018.

“Kami juga membuat Podcaster Hunt, dengan mendampingi anak-anak muda memahami hoaks, juga dengan menyematkan nilai-nilai keberagaman,” kata Editor in Chief KBR.id Citra Dyah Prastuti.

Baca Juga: Pemda Provinsi Jawa Barat Dorong Satu Kecamatan Satu Inovasi

Seiring berjalannya waktu, perusahaan mulai mengembangkan Gerakan Indonesia Baik. Ini merupakan gerakan orang muda untuk mendorong Indonesia yang semakin inklusif.

Masih berbicara mengenai inovasi, langkah ini pun diambil Jawa Pos. Direktur Jawa Pos, Hidayat Jati bercerita, di tahun 2022, tercapai konsensus di level pimpinan yang memungkinkan adanya budaya kerja dan strategi baru, sesuatu yang sebelumnya sangat sakral. Perusahaan memutuskan mengatur biaya secara militan, baik untuk koran maupun produk digitalnya.

“Dari dot com itu harus mencapai scale as soon as possible. Jika Hukumonline dan Tempo sudah punya subscriber, kami belum masuk ke situ,” ujar Hidayat Jati. Dengan lebih dari 60 domain lokal di seluruh Indonesia dan mempunyai begitu banyak media lokal, Jawa Pos pada akhirnya mengambil empat langkah konkret.

Pertama, melakukan identifikasi dan memperkuat person-in-charge (PIC) yang tepat untuk setiap anak usahanya. Menurut Hidayat, seluruh PIC ini hadir dari generasi muda dan merupakan wajah baru.

Kedua, perusahaan fokus pada kualitas dibandingkan kuantitas, sehingga produktivitas memegang peran kunci.

Ketiga, membangun mindset baru untuk menghadirkan kompensasi berbasis hasil dan data.

Keempat, membangun mindset kolaborasi.

“Untuk old media, ini tidak mudah,” kata Hidayat.

Lihat Berita dan Artikel lainnya di: Google News 

(YI) 

Berita Terkait