- Pemerintahan
- 13 Jun 2025
BERITAINSPIRATIF.COM - Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI) bekerja sama dengan Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB), Yayasan Batik Indonesia (YBI) serta komunitas Paguyuban Perajin dan Pengusaha Batik Cirebon (P3BC) menggelar sosialisasi dan peluncuran perdana Kampung Batik AI,
Batik AI yang merupakan sebuah inisiatif visioner dalam dunia batik, juga akan berlangsung di Kota Bandung dengan berbagai agenda, diantaranya sosialisasi dan pelatihan dengan melibatkan peserta dari beberapa perguruan tinggi yang memiliki prodi Kriya Tekstil Fashion dan Industri Kreatif.
Kegiatan ini merupakan respon strategis atas maraknya penggunaan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang berkembang pesat namun masih belum terkoordinasi secara baik dalam ranah industri kreatif, khususnya kerajinan batik. Dan Kampung Batik AI menjadi simbol perubahan dan transformasi kultural di tengah arus disrupsi teknologi yang tak terelakkan.
Baca Juga: Dibuka! Pendaftaran SPMB JABAR 2025 Tahap 1 bagi Siswa SMA, SMK dan SLB
Ketua Umum APPBI Komarudin Kudiya mengatakan bahwa pembentukan Kampung Batik AI adalah bentuk konkret dari keinginan untuk mengawal teknologi agar berjalan beriringan dengan pelestarian budaya yang lebih terarah dan menjawab tantangan disrupsi teknologi digital.
“Kita tidak bisa menolak teknologi, tetapi kita harus memastikan bahwa teknologi memperkuat budaya, bukan menggantikannya. Kampung Batik AI adalah upaya terstruktur untuk menjadikan AI sebagai partner dalam melahirkan inovasi desain batik yang tetap berpijak pada nilai-nilai tradisional,” ucap Komarudin.
“Para perajin batik dengan memiliki tacit experience dan tacit knowledge akan lebih mampu menghadirkan batik tradisional yang semakin menarik. Perajin batik tetap akan menjadi pengendali penuh dan tetap mengawal produk batik harus dikerjakan dengan perintangan lilin panas,” tambahnya.
Komarudin memaparkan bahwa dalam sesi pelatihan yang melibatkan 20 orang, mereka diajarkan mulai dari pengenalan dasar tentang AI generatif, manfaat praktis bagi industri batik, kebutuhan perangkat teknologi seperti komputer dan notepad, hingga simulasi pembuatan desain motif batik secara digital.
"Para peserta juga dapat menyaksikan sendiri bagaimana AI mampu menghasilkan variasi motif dengan cepat, iteratif, dan tetap bisa diarahkan oleh preferensi kreatif perajin batik tradisional yang sebagian besar mereka sudah cakap memproduksi batik-batik tulis," katanya.
Baca Juga: Dedi Mulyadi Yakin Kabupaten Cirebon akan Jadi Yogyakarta-nya JABAR
Pada sesi penjelasan materi, ditunjukkan juga beberapa karya batik tulis yang bersumber dari desain AI yang sedang diselesaikan dengan proses batik tulis.
Namun demikian, esensi batik sebagai kriya berbasis kearifan lokal tetap dijaga secara ketat. Desain yang dihasilkan AI tidak langsung menjadi produk jadi. Sebaliknya, desain tersebut harus diterjemahkan kembali dalam proses batik tulis dan cap secara manual, menggunakan malam (lilin panas) sebagai perintang warna. Proses inilah yang memastikan bahwa batik tetap mempertahankan karakter otentiknya.
“AI hanya alat bantu, bukan pengganti. Justru kita ingin AI ini memberdayakan perajin, membuka ruang eksplorasi yang lebih luas, tanpa kehilangan akar tradisi kita,” ujar Komarudin.
Acara juga diisi dengan presentasi hasil karya desain AI yang telah diinterpretasi ke dalam bentuk batik tulis. Visualisasi ini memperlihatkan bagaimana AI tidak menghapus nilai-nilai estetika tradisi, melainkan memperluasnya melalui bahasa visual digital yang adaptif.
Sebagai langkah lanjut, APPBI dan YBJB berencana menyelenggarakan Pameran Batik AI pada bulan Agustus 2025 di Bandung, yang sekaligus akan menjadi ajang peluncuran bukuvo “Revolusi Batik AI” karya Dr. Komarudin Kudiya. Buku ini merangkum gagasan, proses, serta refleksi budaya dari hasil interaksi kreatif antara manusia dan teknologi dalam dunia perbatikan.
Dalam buku tersebut, dijelaskan pula bagaimana teknologi AI dapat menjadi katalis untuk regenerasi industri batik yang saat ini menghadapi tantangan serius dalam hal sumber daya manusia, stagnasi inovasi desain, serta kompetisi dari produk tiruan bermotif batik yang diproduksi secara massal.
Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB) menyambut baik sinergi ini dan berharap bahwa Kampung Batik AI akan menjadi role model nasional. Dimana setiap kota atau daerah memiliki pusat inovasi batik digital berbasis komunitas. Tidak sekadar ikut tren, tetapi memiliki orientasi pelestarian budaya yang kuat.
P3BC, sebagai bagian integral dalam kegiatan ini, berkomitmen untuk mengembangkan program pelatihan lanjutan dan pendampingan teknis kepada para perajin. Dengan demikian, Kampung Batik AI akan terus berfungsi sebagai laboratorium sosial bagi pengembangan batik berbasis teknologi dan budaya.
Kegiatan ini ditutup dengan penandatanganan komitmen bersama antara APPBI, YBJB, P3BC, dan perwakilan dinas pemerintah daerah. Komitmen ini menjadi dasar kerja sama jangka panjang untuk pengembangan ekosistem batik yang adaptif, inklusif, dan berbasis digital.
Dengan pembentukan Kampung Batik AI, Cirebon tidak hanya menunjukkan posisinya sebagai pusat budaya batik, tetapi juga sebagai pelopor integrasi teknologi dalam pelestarian budaya, dan diharapkan menjadi lompatan besar bagi masa depan industri batik Indonesia.
Lihat Berita dan Artikel lainnya di: Google News
-11 Pemain Dilepas Terakhir Ryan Kurnia dan Gustavo Franca, PERSIB Sisakan David da Silva